Pages

Rabu, 10 April 2013

Kisah Islamnya Bilal bin Rabah Al-Habsyi r.a. dan Penderitaannya


Bilal Al-Habsyi r.a adalah sahabat yang masyhur. Ia muadzin tetap masjid Nabawi. Pada mulanya, ia adalah seorang budak milik orang kafir, kemudian ia memeluk Islam, yang menyebabkan ia banyak menerima siksaan.

Umayyah bin Khalaf adalah seorang kafir yang sangat memusuhi Islam. Ia membaringkan Bilal di atas padang pasir yang sangat panas di terik matahari seraya meletakkan batu besar di dadanya, sehingga Bilal sulit bergerak sedikit pun. lalu dikatakan kepadanya, "Apakah kamu siap mati seperti ini atau tetap hidup dengan syarat kamu meninggalkan Islam?" Bilal r.a tetap berkata, "Ahad, Ahad (hanya satu yang berhak disembah)." Pada malam hari, ia dirantai dan dicambuk terus menerus sehingga badannya penuh luka. dan pada esok harinya, dengan luka itu ia dijemur kembali di padang pasir yang panas sehingga lukanya semakin parah. Tuannya berharap ia akan meninggalkan Islam atau mati perlahan dengan cara tersebut. Orang yang menyiksa Bilal r.a. silih berganti. Kadang kala Abu Jahal atau Umayyah bin Khalaf, bahkan orang lain pun ikut menyiksanya. Setiap orang berusaha menyiksanya dengan lebih berat. Ketika Abu Bakar r.a. melihat hal ini, ia menebusnya dan segera memerdekakannya.

Faedah

Orang-orang Arab musyrik telah menjadikan berhalasebagai sesembahan mereka. Dan sebagai lawannya, Islam mengajarkan tauhid hanya kepada Allah swt..Inilah yang menyebabkan dari lisan Bilal r.a. selalu terucapkan, "Ahad, Ahad," karena hubungan dan cintanya yang tinggi terhadap Allah swt.. Sekarang, kita banyak melihat cinta yang palsu. Seseorang yang dicintai tentu akan merasa nikmat bila disebut namanya. kadang kala, tanpa tujuan yang jelas namanya akan disebut-sebut. Lalu bagaimana dengan cinta kepada Allah swt.? Yang pasti akan berguna di dunia dan akhirat. Cinta itulah yang membuat Bilal r.a. rela disiksa, sehingga penderitaan demi penderitaan menimpanya. Meskipun para pemuda kafir Makkah menggiring dan menghinanya di jalan-jalan, ia terus berkata, "Ahad, Ahad...!" Inilah kehidupan yang pernah ia alami sampai Nabi saw. menjadikannya sebagai muadzin yang selalu berkhidmad mengumandangkan adzan, baik ketika tinggal maupun ketika dalam perjalanan. Setelah Nabi saw. wafat ia tetap tinggal di Madinah Thayyibah. Hanya saja ia tidak tahan melihat tempat Nabi saw. yang telah kosong, sehingga ia berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk berjihad dan beberapa lama ia tidak akan kembali ke Madinah.

Suatu ketika ia bermimpi berjumpa dengan Rasulullah saw.. Belia bersabda, " Wahai Bilal, betapa zhalimnya kamu, sehingga kamu tidak menziarahiku." Begitu bangun dari mimpinya, ia segera pergi ke Madinah. Setibanya di sana, Hasan dan Husain r.a. memintanya mengumandangkan adzan. Ia tidak dapat menolak permintaan orang-orang yang sangat dicintainya itu. Ketika mulai adzan, terdengarlah suara adzan seperti pada masa hidup Rasulullah saw.. Suara itu sangat menyentuh hati orang-orang yang mendengarnya sehingga para wanita keluar dari rumah-rumah mereka dengan meneteskan air mata. Ia tetap tinggal beberapa hari di Madinah, lalu kembali ke Damsyik, dan wafat pada tahun ke-20 Hijrah. (Usudul- Ghabah)

Dikutip dari Himpunan Fadilah Amal Kitab Kisah-kisah Sahabat r.a hal. 424-425, Penerbit Ash-Shaff

Tidak ada komentar:

Posting Komentar