Pages

Selasa, 23 Juli 2013

Targhip Abi Darda’ Dalam Masalah Ilmu


بسم الله الرحمن الرحيم

Ibnu Abdul Bar mengeluarkan dalam kitab Jami’i juz 1 halaman 28 dari Humaid dari Hasan r.a., sesungguhnya Abu Darda’ r.a. berkata “Jadilah kalian orang alim atau orang yang belajar ilmu atau orang yang cinta pada orang alim atau orang yang ikut pada orang alim dan jangan jadi yang kelima, maka kalian akan rusak.”

Humaid berkata bahwa ia berkata kepada Hasan, “Apa yang kelima?”

Dia menjawab, “Ahli bid’ah.”

Abu Nuaim mengeluarkan hadits dalam kitab Hilyah juz 1 halaman 213 dari Dhahak r.a., katanya: Abu Darda’ r.a. berkata, “Wahai Ahli Damsiq! Sesungguhnya kalian bersaudara dalam agama, dan tetangga dalam rumah dan penolong atas musuh! Apa yang mencegah kalian dari berkasih saying? Sesungguhnya pemberianku atas selain kalian, tidaklah aku melihat ulama kalian pergi mengajar, dan orang-orang bodoh dari kalian tidak belajar, dan aku melihat kalian telah berpaling dari sesuatu yang diwajibkan bagi kalian, dan kalian telah meninggalkan sesuatu yang diperintahkan kepada kalian? Ingatlah! Sesungguhnya ada suatu kaum yang kuat dan mereka berkumpul banyak dan berangan-angan sangat jauh, lalu mereka berpagi-pagi dalam membangun kubur-kubur mereka, dan mereka berangan-angan  sesuatu yang menipu dan terkumpul bagi mereka kerusakan, ingatlah! Maka belajarlah dan ajarkanlah! Maka sesungguhnya orang alim dan orang yang belajar mempunyai pahala yang sama dan tidak ada kebaikan sesudah keduanya.”

Dan menurutnya, lagi dari Hasan r.a., dia berkata: Abu Darda’ r.a. berkata kepada ahli Damsiq, “Apakah kalian Ridha, apabila kalian kenyang dengan roti gandum secara umum? Sedangkan kalian tidak mengingat ALLAH swt. Di dalam majelis, kalian tidak mempedulikan ulama-ulama, kalian tidak pergi untuk mengajar dan orang bodah di antara kalian tidak belajar? Jika kalian berkehendak mengajarkan kepada orang-orang bodoh di antara kalian, maka kalian akan menemukannya, apabila sesuatu yang ada bagi kalian dengan sesuatu yang wajib bagi kalian! Demi Dzat yang nyawaku berada di tangan-NYA! Tidak akan rusak umat ini kecuali mengikuti hawa nafsu dan membersihkannya dari tubuhnya.”

Dan menurutnya lagi, dari Muawiyah bin Qarah r.a. dari bapaknya dari Abi Darda’ r.a., dia berkata, “Belajarlah sebelum ilmu diangkat! Sesungguhnya terangkatnya ilmu dengan hilangnya ulama, sesungguhnya orang alim dengan mutaalim (orang yang belajar ilmu) pahalanya sama, dan manusia ada dua: laki-laki yang alim dan mutaalim dan tidaka ada kebaikan di antara keduanya.”

Ibnu Abdul Bar mengeluarkan dalam kitab Jami’i juz 1 halaman 32 dari Abdurrahman bin Mas’ud al Fazari r.a. sesungguhnya Abu Darda’ r.a. berkata, “Tidak ada dari seseorang yang berpagi-pagi datang ke masjid untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya kecuali ditulis baginya pahala orang yang berjihad, yang tidak kembali kecuali membawa ghanimah.

Dan menurutnya lagi dari Ibnu Abi Hudail r.a. katanya: Abu Darda’ r.a. berkata, “Barangsiapa yang melihat ilmu pada pagi dan petang hari, sedangkan dia tidak berjihad, maka sesungguhnya dia telah kurang akal dan pendapatnya.”

Dan menurutnya lagi dari Rajah bin Haiwan darinya, dia berkata, “Ilmu didapat dengan belajar.”
Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 3 hal. 218-219, Penerbit Pustaka Ramadhan

Minggu, 14 Juli 2013

Sabda Nabi saw. “Inilah Waktu Diangkatnya Ilmu.” Dan Yang Semakna Dengannya




بسم الله الرحمن الرحيم

Hakim (1/99) mengeluarkan Hadits dari Auf bin Malik al Asyja’i r.a. katanya: Pada suatu hari Rasulullah saw. memandang ke langit dan bersabda, “Inilah waktu diangkatnya ilmu!”

Maka seorang lelaki Anshar yakni Ibnu Labid bertanya kepadanya, “Ya Rasulullah! Bagaimana diangkatnya ilmu sedangkan itu telah ditetapkan dalam al Qur’an, dan hati telah menerimanya?”

Rasulullah saw. bersabda, “Aku menyangka engkau adalah orang yang paling faqih dari penduduk Madinah.”

Kemudian beliau saw. menuturkan kesesatan orang Yahudi dan Nasrani atas apa-apa yang ada di tangannya yakni dalam Kitabullah.

Kemudian Aku (perawi) bertemu dengan Syaddad bin Aus r.a. dan aku menceritakan hadits  dari Auf bin Malik itu. Ia pun menjawab, “Auf benar! Apakah engkau mau jika aku kabarkan yang pertama kali diangkat?”

Aku menjawab, “Ya!”

“Khusyu dalam shalat, hingga kamu tidak akan melihat seorang pun yang khusyu daam shalatnya.”


Hakim berkata, hadits ini shahih dan Syaikhan telah mengambil hujjah dengan seluruh perawinya begitu juga Adzahabi.

Bazzar dan Thabrani dalam al Kabir mengeluarkan dari Auf seperti hadits itu sebagaimana dalam Majma’ Zawa’id (1/200) dan Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Ilm (1/152) mengeluarkan seperti itu juga dan dalam riwayatnya dikatakan: Maka seorang lelaki dari Anshar yakni Ziyad bin Labid bertanya kepadanya, “Apakah akan dihilangkan dari kami, Ya Rasulullah? Sedangkan al Qur’an ada pada kami dan kami telah mengajarkannya kepada anak dan istri kami.”

Dan dalam riwayatnya lagi: Kemudian Syaddad berkata, “Apakah kamu  tahu apa yang diangkat?”
Aku menjawab, “Aku tidak tahu.”

Ia berkata, “Hilangnya kantong-kantong ilmu, apakah kamu tahu apa yang pertaa kali diangkat?
“Aku tidak tahu” jawabku.

Ia menjawab “Khusyu dalam shalat sehingga tidak akan terlihat lagi orang yang khusyu.”

Hakim mengeluarkan lagi hadits Abu Darda dan Ibnu Labid al anshari r.a. serta Thabrani dalam al Kabir dari Shafwan bin Assal dan Wahsyi bin Harb r.a. sebagaimana dalam Majma’ dengan makna yang sama. Dan dalam riwayat Abu Darda, “Taurat dan Injil ini menurut Yahudi dan Nasrani maka apa yang menyelamatkan mereka?” Dan dalam riwayat Wahsyi, “Mereka tidak pernah mengangkat kepalanya dengan kitabnya.” Dan dalam riwayat Ibnu Labid, “Mereka tidak mengambil manfaat dari kitabnya.”
Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 3 hal. 361-362, Penerbit Pustaka Ramadhan