Pages

Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Mei 2014

Kisah Keislaman ‘Ikrimah bin Abu Jahal r.a.



 بسم الله الرحمن الرحيم

Diriwayatkan oleh al Waqidi dan Ibnu Asakir, dari Abdullah bin az Zubair r.huma., katanya: Pada hari penaklukan Makkah, Ummu Hakim binti al Harits bin Hisyam, istri ‘Ikrimah bin Abu Jahal telah memeluk Islam. Kemudian Ummu Hakim berkata kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, ‘Ikrimah telah melarikan diri darimu ke Yaman. Dia takut engkau akan membunuhnya, maka berilah jaminan keamanan kepadanya.”

Maka Rasulullah saw. bersabda, “Ia aman.”

Maka Ummu Hakim pun berangkat mencari ‘Ikrimah disertai hamba lelakinya yang bangsa Rumawi. Hambanya itu mencoba mencabuli kehormatan Ummu Hakim dan keadaannya sendiri memang membuat hamba itu menginginkannya. Sesampainya mereka di salah satu baki Akk, Ummu Hakim meminta tolong mereka agar mencegah perilaku hambanya itu. Lalu mereka menangkap hamba itu dan mengikatnya.

Sementara itu ‘Ikrimah telah sampai ke kawasan pesisir di Tihamah, lalu ia menaiki kapal. Namun si nahkoda kapal terus berkata, “Sucikanlah dirimu.”

‘Ikrimah bertanya, “Apa yang harus aku ucapkan (untuk menyucikan diriku)?”

Jawab pemilik sampan itu, “Ucapkanlah laa ilaaha illallaah.

Kata ‘Ikrimah, “Tidak ada yang menyebabkan aku melarikan diri melainkan dari kalimat ini (kalimat syahadat).”

Dalam keadaan demikian, datanglah Ummu Hakim melambai-lambaikan ujung bajunya kepada ‘Ikrimah, seraya berkata, “Wahai putera paman! Aku telah datang kepadamu dari sisi orang yang paling banyak menyambung silaturahmi, sebaik-baik manusia, dan semulia-mulia manusia (Muhammad saw.). Janganlah kau binasakan dirimu sendiri.”

Maka ‘Ikrimah berhenti sehingga Ummu Hakim dapat mendekatinya dan berkata, “Sesungguhnya aku telah meminta jaminan keselamatan untukmu dari Rasulullah saw..”

‘Ikrimah bertanya, “Engkau telah melakukannya?”

Jawab Ummu Hakim, “Ya, aku telah berbicara dengan Rasulullah saw. dan memohon agar engkau diberi jaminan keselamatan, lalu beliau memberi jaminan itu untukmu.”

Maka ‘Ikrimah pun pulang bersama Ummu Hakim, istrinya. Dalam perjalanan Ummu Hakim berkata kepadanya, “Aku telah diganggu oleh hamba laki-laki Rumawi milikmu itu!”

Ummu Hakim lalu menceritakan pengalamannya itu. Maka ‘Ikrimah kemudian membunuh hamba sahaya itu, sedangkan ketika itu ‘Ikrimah belum memeluk Islam.

Ketika keduanya semakin dekat ke Makkah, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya, “Ikrimah bin Abu Jahal akan datang  kepada kalian sebagai orang yang beriman dan berhijrah, maka jangan mencaci bapaknya karena sesungguhnya cacian terhadap mayat menyakiti orang yang masih hidup dan cacian itu sama sekali tidak sampai kepada si mati.”

‘Ikrimah ingin menggauli istrinya, Ummu Hakim yang telah memeluk Islam, tetapi istrinya menolak keinginannya itu. Istrinya berkata, “Sesungguhnya engkau masih kafir, sedangkan aku adalah muslimah.”

Kata ‘Ikrimah, “Sesungguhnya perkara (agama) yang menghalangimu untuk kusetubuhi itu sangatlah besar.”

Ketika Rasulullah saw. melihat kedatangan ‘Ikrimah, beliau segera melompat ke arahnya dan saat itu tidak ada pada pundak nabi sehelai kain selembar pun (yang biasanya diletakkan di atas bahunya), karena kegembiaraan yang amat sangat dengan kedatangan ‘Ikrimah. Kemudian Rasulullah saw. duduk dan ‘Ikrimah berdiri di hadapannya disertai istrinya yang menutup mukanya dengan jilbab.

‘Ikrimah r.a. berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya istriku telah memberitahuku bahwa engkau telah memberikan jaminan keselamatan untukku.”

Jawab Rasulullah saw., “Benarlah apa yang dikatakan istrimu itu, sesungguhnya sekarang engkau dalam keadaan aman.”

Kata ‘Ikrimah lagi. “Kepada apakah engkau menyeru, wahai Muhammad?”

Jawab Rasulullah saw., “Aku menyeru engkau untuk bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku adalah pesuruh Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan engkau melakukan ini dan itu…” Rasulullah saw. menyebutkan satu persatu pokok-pokok agama Islam.

Maka ‘Ikrimah pun berkata, “Demi Allah, apa yang engkau seru adalah kebaikan dan kepada urusan yang indah lagi baik sekali. Demi Allah, sesungguhnya sebelum engkau menyeru kepada kami apa yang engkau serukan (agama Islam), adalah orang yang paling terpercaya penuturannya dan orang yang paling baik di antara kita.”

Kesaksian ‘Ikrimah itu sangat menyenangkan hati Rasulullah saw., kemudian ‘Ikrimah berkata, Ya Rasulullah, ajarilah aku suatu kebaikan yang patut aku ucapkan.”

Rasulullah saw. bersabda, “Katakanlah olehmu: Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan pesuruh-Nya.”

‘Ikrimah pun berkata, “Kemudian apa lagi?”

Sabda Rasulullah saw., “Katakanlah, aku mengambil Allah sebagai saksi dan aku bersaksi di hadapan orang-orang yang hadir, bahwa aku adalah seorang Islam yang berjihad dan berhijrah.”

Maka ‘Ikrimah pun berkata sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw. itu.

Rasulullah saw. bersabda kepada ‘Ikrimah, “Tidaklah engkau meminta sesuatu yang sanggup aku berikan kepada seseorang, melainkan pasti aku berikan kepadamu.”

‘Ikrimah berkata, “Sesungguhnya aku meminta engkau agar memohonkan ampun bagiku atas setiap permusuhanku terhadapmu, atas setiap perjalanan yang kupacu untaku dengan kencang untuk memusuhimu atau di mana pun aku menemui untuk menyakitimu, juga atas setiap ucapan yang aku keluarkan dari mulutku di hadapanmu atau pun di belakangmu.”

Karena itu Rasulullah saw. berdo’a, “Ya Allah, ampunilah ia atas setiap permusuhan yang ia lakukan terhadapku, dansetiap perjalanan yang ia lakukan menuju satu tempat yang dengan perjalanan itu ia ingin memadamkan cahaya-Mu. Ampunilah celaannya terhadap kehormatanku, baik di hadapanku maupun di saat aku tidak ada.”

‘Ikrimah berkata, “Aku telah ridha, wahai Rasulullah,” kemudian ‘Ikrimah melanjutkan, “Demi Allah, wahai Rasulullah, aku akan mengorbankan hartaku di jalan Allah, dua kali lebih banyak dari apa yang telah aku korbankan dalam usaha untuk menghalangimu di jalan Allah sebelum ini. Begitu pula aku akan berperang di jalan Allah dua kali lebih banyak dari peperangan yang telah aku lakukan dalam usaha untuk menghalangi di jalan Allah.”

Kemudian ‘Ikrimah pun terus berjihad di jalan Allah hingga ia mati syahid – dengan demikian, Rasulullah saw. mengembalikan Istrinya kepadanya dengan akad nikah yang pertama.

Al Waqidi meriwayatkan banyak hal dari rawinya.

Suhail bin Amr berkata pada saat perang Hunain, “Muhammad dan sahabatnya tidak akan bisa memperbaiki apa yang telah hilang dari mereka dan tidak akan pernah bisa mendapatkannya lagi.”

‘Ikrimah berkata kepadanya, “Ini bukanlah satu ucapan yang tepat. Dan sedikit pun urusan itu bukan menjadi hak Muhammad, Jika ia dikalahkan pada hari ini, maka besok, ia pun juga akan memiliki kesudahan sendiri.”

Suhail berkata, “Demi Allah! Sesungguhnya zaman di mana kamu menyelisihi Muhammad baru saja kamu tinggalkan.”

Kata ‘Ikrimah, “Hai Abu Yazid, demi Allah, sesungguhnya kita telah memacu kuda kita untuk tujuan yang sia-sia. Sedang akal kita adalah akal kita sendiri. Kita dulu selalu menyembah batu yang tidak dapat memberi manfaat maupun mudharat.”

Seperti yang dituliskan dalam Kanzul Ummal (7/75).

Diriwayatkan oleh al Hakim (3/24) dari Hadits Abdullah bin Zubair r.huma., tetapi ia telah meringkasnya sampai pada  kalimat: Ketika ‘Ikrimah baru sampai di pintu kediaman Rasulullah saw., baginda saw. merasa gembira dan melompat bangun untuk mendekatinya dengan berdiri di atas kaki beliau, karena sangat gembira dengan kedatangannya.

Diriwayatkan oleh al Hakim dari Urwah bin az Zubair r.huma., bahwa ‘Ikrimah berkata: Ketika aku baru saja sampai di hadapan Rasulullah saw., aku berkata kepadanya, “Wahai Muhammad, sesungguhnya istriku telah memberitahuku bahwa engkau telah memberi jaminan keamanan kepadaku.”

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya engkau dalam keadaan aman.”

Aku pun berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah yang Esa, tidak ada sekutu bagi-NYA, dan engkau adalah hamba dan pesuruh-NYA. Engkau adalah sebaik-baik manusia, sejujur-jujur manusia dan paling menepati janji di kalangan mereka.”

Aku berkata demikian itu kepada Rasulullah saw. sambil menundukkan kepalaku karena merasa sangat malu kepada beliau.

Kemudian aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, mohonkan ampunan untukku atas setiap permusuhanku terhadapmu dan atas setiap pasukan berkuda yang aku kerahkan untuk memenangkan kemusyrikan.”

Maka Rasulullah saw. berdo’a, “Ya Allah, ampunilah ‘Ikrimah atas setiap permusuhannya terhadapku dan setiap pasukan berkuda yang telah dikerahkannya dalam usaha menghalangi dari jalan-MU.”
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, perintahkanlah aku dengan satu kebaikan yang engkau ketahui.”

Lalu beliau mengajarinya. Sabda Rasulullah saw., “Ucapkanlah olehmu: Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan pesuruh-NYA; dan engkau berjuang di jalan-NYA.”

Kemudian aku berkata, “Demi Allah, ketahuilah wahai Rasulullah! Aku tidak akan membiarkan satu belanja pun yang pernah kukeluarkan dalam rangka menghalangi dari jalan Allah, melainkan pasti akan kuinfakkan dua kali lipatnya di jalan Allah. Dan tidak pula kubiarkan satu perang pun dalam rangka menghalangi dari jalan Allah, melainkan aku akan bersungguh-sungguh dua kali lipatnya di jalan Allah.”

Kemudian ‘Ikrimah berjuang dalam peperangan sehingga mati syahid dalam perang Ajnadain1 pada zaman kekhalifahan Abu Bakar r.a.. sesungguhnya Rasulullah saw. pernah mengangkat ‘Ikrimah sebagai pemungut zakat dari Bani Hawazain, ketika Rasulullah saw. mengerjakan haji. Ketika Rasulullah saw. wafat, ‘Ikrimah sedang berada di Tabalah2

Ath Thabarani juga meriwayatkan dari Urwah r.a. mengenai kisah ke-Islamannya secara ringkas, sebagaimana tercantum dalam al Majma’ (juz 6 hal. 174).
_________________________________________________________________________
1 Ajnadain adalah suatu tempat di Syam dari arah Palestina, yang terletak antara ar Ramlah dan Jibrain. Di situ pernah terjadi perang yang terkenal antara orang Islam dan orang Romawi. Dikatakan oleh Ibnu Ishaq dan az Zubair bin Bakkar bahwa ‘Ikrimah telah terbunuh dalam perang Yarmuk pada masa kekhalifahan Umar. (Al Ishabah (2/489) kata Ibnu Hajar, “Jumhur ulama berpendapat bahwa ia telah terbunuh di Ajnadain.” Al Waqidi mengatakan bahwa tidak ada perselisihan di antara sahabat-sahabatnya dalam perkara ini.

2 Tabalah adalah sebuah kota yang terkenal di Yaman.
Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 1, Penerbit Pustaka Ramadhan

Kamis, 26 Desember 2013

Kisah Khalid bin Walid Masuk Islam


 بسم الله الرحمن الرحيم

Diriwayatkan oleh al Waqidi dari Khalid r.a. katanya: Ketika Allah ingin memberiku kebaikan, maka Dia memasukkan Islam ke dalam hatiku dan petunjuk-Nya hadir dalam hatiku. Aku telah berperang melawan Muhammad dalam banyak pertempuran. Namun dalam setiap peperangan aku pasti kalah dan Muhammad pasti memperoleh kemenangan.

Ketika Rasulullah saw. berangkat ke Hudaibiyah, aku berangkat bersama pasukan berkuda kaum musyrik. Di ‘Usfah, aku bertemu dengan Rasulullah saw. bersama para sahabatnya. Aku berdiri di hadapan jalur perjalanan beliau untuk menghalanginya. Beliau melakukan shalat Dhuhur dengan para sahabatnya di hadapan kami sementara kami berniat untuk menyerang mereka. Akan tetapi hal itu belum kami niatkan dengan kuat, karena dalam masalah itu masih ada pilihan lainnya. Selanjutnya beliau mengetahui keinginan yang ada dalam hati kami, sehingga Rasulullah saw. melaksanakan shalat Ashar barsama para sahabatnya dengan shalat khauf.

Hal itu telah menyebabkan timbulnya kesimpulan di dalam hati kami dengan kesimpulan yang sempurna, dan aku berkata, “Lelaki itu sedang dihalangi.”

Rasulullah saw. pun menghindar dari kami dan menyimpang dari arah perjalanan pasukan berkuda kami. Beliau mengambil jalan sebelah kanan. Ketika itu orang-orang Quraisy mengadakan perjanjian Hudaibiyah, dan mereka telah memaksa beliau untuk meninggalkan Makkah dengan tangan kosong tanpa senjata.

Aku berkata kepada diriku sendiri, “Apa lagi yang masih tersisa? Ke mana aku harus pergi? Kepada Najasyi! Sesungguhnya ia telah mengikuti Muhammad dan para sahabat beliau ada di sisinya dalam keadaan aman. Haruskah aku pergi menyertai Hiraqla dan keluar dari agamaku untuk memeluk agama Kristen atau Yahudi? Lalu aku tinggal di kalangan orang-orang ‘Ajam?”

Maka aku pun tetap tinggal di kampungku bersama orang-orang yang belum memeluk Islam. Ketika aku dalam keadaan demikian, Rasulullah saw. memasuki kota Makkah untuk mengerjakan umrah Qadhiyyah1. Aku pun menyembunyikan diri, dan tidak mau menyaksikan kedatangan Rasulullah saw. di Makkah. Saudara lelakiku, al Walid bin al Walid telah masuk ke Makkah bersama Rasulullah saw. di dalam umrah itu.

Dia berusaha mencariku tetapi tidak berhasil menemukanku. Oleh karena itu, ia menulis surat kepadaku yang berbunyi:

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya aku tidak melihat sesuatu yang membuatku heran daripada hilangnya kemampuan berpikirmu terhadap agama Islam, sedang akalmu dalam keadaan sempurna, bisa membedakan antara yang hak dan batil. Agama seperti Islam itu, adakah seseorang yang tidak tahu. Padahal Rasulullah saw. bertanyakepadaku mengenaimu.”

“Rasulullah saw. bersabda, ‘Di manakah Khalid?’ Aku menjawab, ‘Allah akan mendatangkannya.’ Beliau bertanya, orang seperti dia masih tidak tahu mengenai agama Islam? Jika ia berusaha dengan gigih dan menggunakan kemampuan perangnya untuk membantu orang Islam, niscaya hal itu lebih baik baginya. Dan kami mendahulukannya sebelum yang lainnya.’ Karena itu, Wahai saudaraku! Raihlah medan-medan perang kebaikan yang telah kau lewatkan!”

Khalid berkata, “Telah sampai suratnya ke pangkuanku. Ini membuatku merasa ringan untuk keluar dari kampungku. Pada saat inilah kegairahanku untuk memeluk Islam semakin bertambah. Pertanyaan Rasulullah saw. terhadap diriku juga sangat menggembirakanku. Aku bermimpi seolah-olah aku berada di suatu negeri yang sangat  sempit dan gersang, kemudian aku keluar menuju suatu negeri yang subur menghijau dan sangat luas. Aku mengatakan bahwa sesungguhnya mimpi ini benar.”

Ketika aku sampai di Madinah, aku berkata, “Aku akan menceritakan mimpiku itu kepada Abu Bakar r.a..” kemudian Abu Bakar berkata, “Negeri yang luas itu adalah jalan keluarmu, yang dengannya Allah telah memberikan hidayah kepadamu untuk memeluk Islam. Sedang negeri yang sempit itu adalah tempat di mana sebelumnya kamu berada dalam kesyirikan.”

Kata Khalid:
Sebelumnya, ketika aku berazam untuk berangkat menemui Rasulullah saw., aku bertanya, “Siapakah yang bisa kujadikan teman untuk berjumpa dengan Rasulullah saw.?”

Maka aku menemui Shafwan bin Umayyah dan berkata kepadanya, “Hai Abu Wahb, apakah engkau tidak melihat keadaan kita sekarang ini? Sesungguhnya kita hanyalah seperti hujan rintik-rintik (perumpaman jumlah yang sedikit). Muhammad telah memperoleh kemenangan di atas orang-orang Arab maupun orang Ajam. Maka alangkah baiknya jika kita menemui Muhammad dan mengikutinya, karena sesungguhnya kemuliaan Muhammad adalah kemulian kita juga.”

Akan tetapi ia menolak dengan penolakan yang kuat, sampai ia berkata, “Jika tidak ada siapa pun yang tersisa kecuali aku saja, pasti aku tidak akan mengikutinya selama-lamanya.”

Kami pun berpisah. Ia adalah lelaki yang saudaranya dan bapaknya terbunuh dalam perang Badar, wajar jika ia menolak. Kemudian aku menemui Ikrimah bin Abu Jahal, aku pun mengatakan kepadanya seperti yang aku katakan kepada Shafwan tadi. Ikrimah pun memberi jawaban kepadaku seperti halnya Shafwan.

Aku berkata, “Kalau begitu, rahasiakanlah azamku ini.”

Kata Ikrimah, “Aku tidak akan menceritakannya kepada siapa pun.”

Kemudian aku kembali ke rumahku dan menyuruh seseorang menyiapkan tungganganku. Aku berangkat hingga aku berjumpa dengan Utsman bin Thalhah r.a.. Aku berkata dalam hati, “Sesungguhnya ia adlah sahabat baikku, sebaiknya aku memberitahukan keinginanku padanya.” Akan tetapi aku igat dengan para moyangnya yang terbunuh melawan Rasulullah saw., sehingga aku tidak suka untuk menceritakan niatku. Tetapi kemudian aku berkata lagi, “Apa salahnya bila kuceritakan? Lagi pula aku saat ini sudah dalam keadaan berangkat.” Maka aku beritahukan kepadanya peristiwa yang mungkin akan menimpanya.

Aku berkata, “Sesungguhnya saat ini kita seperti musang di dalam lubangnya. Apabila ke dalam lubang-lubang itu disemprot dengan air, pastilah musang-musang itu akan keluar dari lubangnya.”

Lalu aku berkata kepada Utsman bin Thalhah sebagaimana yang aku katakan kepada kedua sahabatku tadi, dan ia pun menyambutnya dengan baik.

Aku berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku pada hari ini telah bersiap pagi sekali dan besok aku berniat berangkat pagi juga. Dan ini kendaraanku yang kuutaruh di Fajj dalam keadaan terlambat.”

Maka aku membuat janji dengannya untuk bertemu di Ya’juj (sekita delapan mil dari Makkah). Apabila ia yang sampai lebih dahulu di sana, maka ia akan menungguku, dan begitu pula sebaliknya.

Kemudian kami berangkat sampai di Haddah. Di sana kami menemui ‘Amr bin ‘Ash. Ia berkata, “Selamat datang wahai kaum.”

Kami menjawab, “Selamat datang juga bagimu.”

Dia bertanya, “Ke mana arah tujuanmu?”

Kami pun bertanya, “Apa yang menyebabkan engkau  keluar dari Makkah?”

Ia pun balik bertanya, “Apa yang menyebabkan engkau  keluar dari Makkah?”

Kami menjawab, “Untuk memeluk Islam dan mengikuti Muhammad saw.

Dia berkata, “Demikian juga yang menyebabkan aku sampai di sini.”

Maka kami pun pergi bersama hingga sampai di Madinah. Kami tambatkan unta kami di bagian luar Harrah. Kedatangan kami telah diberitahukan kepada Rasulullah saw. dan beliau sangat gembira dengan kedatangan kami ini. Aku pun memakai pakaian yang terbaik kemudian menemui Rasulullah saw.. Di sana aku menemui adik lelakiku yang berkata, “Bersegeralah, karena sesungguhnya Rasulullah saw. telah di beri tahu mengenai kedatanganmu dan beliau sangat gembira, beliau juga sedang menunggu kalian.”

Kami pun mempercepat langkah menuju ke sana. Aku muncul di hadapan Rasulullah saw. yang terus tersenyum kepada kami sehingga aku berhenti di hadapannya dan memberikan salam kepadanya dengan ucapan kenabian, “Assalamu’alaykum, wahai nabi Allah.”

Beliau saw. menjawab salamku dengan wajah yang berseri-seri.

Aku berkata, “Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya engkau pesuruh Allah.”

Rasulullah saw. bersabda, “Marilah.” Kemudian beliau bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah kepadamu, sesungguhnya aku telah melihat engkau sebagai orang yang berakal cerdik dan aku berharap akalmu tidak akan mengantarkan engkau melainkan menuju kebaikan.”

Aku berkata, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku telah melihat dalambeberapa medan perang yang diikuti saat melawan engkau dengan penuh penantangan. Maka hendaknya engkau memohon kepada Allah untuk mengampuni semua itu untukku.”

Rasulullah saw. bersabda, “Islam telah menghapuskan semua dosa yang terjadi sebelumnya.”

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, selain itu?”

Rasulullah saw. berdo’a, “Ya Allah, ampunilah Khalid bin al Walid dari semua yang telah dilakukannya yang menghalangi-halangi orang dari jalan-Mu.”

Utsman dan ‘Amr pun pergi ke hadapan Rasulullah dan berbaiat kepadanya.

Kedatangan kami saat itu terjadi pada bulan Shafar tahun delapan hijrah. Demi Allah, Rasulullah saw. tidak pernah menyejajarkanku dalam setiap urusan sulit yang menimpa beliau.

Demikian tersebutkan dalam kitab al Bidayah (juz 4, hal. 238). Ibnu Asakir juga meriwayatkannya semisal dengan hadits itu secara panjang lebar, seperti tercantum dalam kitab Kanz al Ummal (juz 7, hal. 30).
________________________

1 Umrah Qadhiah: umrah yang dikerjakan Rasulullah saw. dalam bulan Dzulqaidah tahun 7 H. Umrah ini adalah pengganti umrah yang dilarang orang-orang Quraisy pada tahun 6 H. Qadhiah artinya ganti / tebusan.

Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 1 hal. 183 - 186, Penerbit Pustaka Ramadhan

Selasa, 10 September 2013

Dakwah Nabi saw. kepada Abu Bakar r.a.


بسم الله الرحمن الرحيم

Diriwayatkan oleh al Hafizh Abu al Hasan ath Athrabullisi dari Aisyah r.ha., katanya: Abu Bakar r.a. keluar menemui Rasulullah saw. dan mereka berdua adalah sahabat akrab sejak zaman jahiliyah. Abu Bakar menemui Baginda saw. dan berkata kepadanya, “Wahai Abu Qosim, engkau tidak terlihat dalam majelis kaummu dan mereka menuduh bahwa engkau telah mencela nenek moyang mereka.”

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan menyeru kamu kepada Allah. ”

Ketika Rasulullah saw. selesai berbicara, Abu Bakar pun memeluk Islam. Kemudian Rasulullah saw. meninggalkannya. Tiada seorang pun yang terletak di antara dua gunung di Makkah (maksudnya penduduk Makkah) yang lebih bergembira daripada Rasulullah saw. dengan ke-Islaman Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar berjalan menemui Usman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin al Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash dan mereka semua memeluk Islam. Keesokan harinya Abu Bakar datang menemui Utsman bin Mazh’un, Abu Ubaidah bin al Jarrah, Abdur Rahman bin Auf, Abu Salamah bin Abdul Asad, dan al Arqam bin Abu al Arqam, sehingga mereka semua memeluk agama Islam. Kisah ini tertulis dalam kitab al Bidaayah (3/29).

Disebutkan oleh Ibnu Ishaq bahwa Abu Bakar ash Shiddiq r.a. menemui Rasulullah saw. dan berkata kepada beliau: “Apakah benar yang dikatakan oleh kaum Quraisy, wahai Muhammad, bahwa engkau telah meninggalkan tuhan-tuhan kami, menganggap bodoh akal kami, dan mengkafirkan nenek moyang kami?”

Rasulullah saw. bersabda, “Ya, benar. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan nabi-Nya. Allah telah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya dan aku menyeru kamu kepada Allah dengan haq. Maka demi Allah, sesungguhnya Dia adalah haq. Wahai Abu Bakar, aku menyeru kamu kepada Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, janganlah kamu menyembah selain-Nya, dan selalulah menaati-Nya.”

Kemudian Rasulullah saw. membacakan kepadanya ayat-ayat al Qur’an. Abu Bakar tidak mengiyakan atau pun menolaknya. Tak lama kemudian ia pun memeluk Islam dan mengingkari berhala-berhala,  meninggalkan sekutu-sekutu Tuhan, dan mengakui hak-hak agam Islam. Abu Bakar r.a. pulang dalam  keadaan membenarkan apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw..

Ibnu Ishaq berkata: telah bercerita kepadaku Muhammad bin Abdur Rahman bi Abdullah bin al Hushaini at Tamimi, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah aku menyeru seorang pun kepada Islam melainkan ia akan berhenti sebentar, ragu-ragu, dan berfikir lebih dulu, kecuali Abu Bakar. Ia tidak berdiam diri terlalu lama dan tidak juga ragu-ragu.”

Riwayat di atas dinukulkan oleh Abu Ishaq berkenaan dengan kata-katanya: “Abu Bakar tidak mengiyakan dan tidak juga mengingkarinya.” Ini adalah riwayat yang tidak benar.

Karena Ibnu Ishaq dan yang lainnya menyatakan bahwa Abu Bakar r.a. adalah sahabat Rasulullah saw. pada zaman jahiliyah sebelum Muhammad dilantik menjadi Rasul Allah. Ia sangat mengetahui perangai Rasulullah saw., baik tentang kejujurannya, sifat amanahnya, ketinggian pribadi dan kemuliaan akhlaknya yang kesemuanya menghalangi beliau dari berdusta kepada sesama manusia, maka bagaimana mungkin Rasulullah saw. berdusta kepada Allah swt.? Oleh karena itu hanya dengan kata-kata Rasulullah saw. yang singkat itu, Abu Bakar segera membenarkan apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw. tanpa ragu-ragu dan berfikir  lebih dulu.

Disebutkan dalam hadits shahih Imam Bukhari, dari Abu Darda’ r.a. di dalam sebuah hadits yang menceritakan tentang pertikaian antara Abu Bakar dan Umar r.a. Di dalamnya disebutkan: Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada kalian, lalu kalian berkata kepadaku, ‘Engkau telah berdusta (wahai Muhammad), dan Abu Bakar berkata, ‘Engkau benar.’ Dan membantuku dengan harta dan dirinya (dalam melaksanakan dakwah). Apakah kalian akan meninggalkan sahabatku ini?”

Rasulullah saw. mengulangi pertanyaan ini dua kali. Tiada yang menyakiti Abu Bakar r.a. setelah itu. Ini adalah nash yang menunjukkan bahwa ia berasal dari kalangan orang yang awal memeluk Islam. Demikian tercantum dalam kitab al Bidaayah (juz 3, hal. 26-27)

Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 1 hal. 53-55, Penerbit Pustaka Ramadhan

Minggu, 08 September 2013

KIsah Wahsyi bin Harb Memeluk Islam


 بسم الله الرحمن الرحيم

Diriwayatkan oleh Thabrani, dari Ibnu Abbas r.a., katanya: Rasulullah saw. mengirim seorang utusan kepada Wahsyi bin Harb – Pembunuh Hamzah r.a. – agar ia memeluk Islam. Maka Wahsyi balik mengutus seseorang dengan kata-kata, “Wahai Muhammad! Bagaiman Engkau menyeru aku (untuk memeluk Islam) sedangkan engkau mengatakan bahwa barangsiapa membunuh atau mempersekutukan Allah dengan sesuatu atau meakukan zina, maka ia berdosa dan siksa untuknya akan digandakan pada hari Kiamat nanti dan kekal di dalam neraka dalam kehinaan, sedangkan aku telah melakukan perbuatan-perbuatan itu? Apakah engkau menjumpai satu keringanan bagiku?

Inilah tang menyebabkan Allah swt. Menurunkan wahyu:

اِلَّامَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلً صَالِحًا فَاُولٰٓئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنَاتٍۗ وَكَانَ اللهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Al Furqan: 70)

Wahsyi berkata, “Wahai Muhammad, syarat ini sangat berat bagiku, yaitu aku harus bertaubat dan beriman serta melakukan amal shalih. Aku tidak sanggup melakukan hal-hal seperti itu.”

Peristiwa ini menyebabkan Allah swt. Menurunkan wahyu:

اِنَّ اللهَ لَايَغْفِرُاَنْ يُشْرِكَ بِهٰ وَيَغْفِرُمَادُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاءُۚ

SesungguhnyaAllah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengetahui segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (Qs. An Nisaa: 48)

Wahsyi berkata lagi, “Wahai Rasulullah, aku melihat ampunan itu tergantung kepada kehendak Allah. Aku tidak mengetahui apakah Allah mengampuni atau tidak. Adakah yang lain?”

Maka Allah mewahyukan ayat di bawah ini kepada Rasulullah saw.:

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِنَ اَسْرَفُوْاعَلٰٓ اَنْفُسِهِمْ لَاتَقْنَطُوْامِنْ رَّحْمَتِ اللهِۗ اِنَّ اللهَ يَغْفِرُالذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُالرَّحِيْمُ

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia-lah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Az Zumar: 53)

Wahsyi berkata lagi, “Wahai Muhammad, syarat ini mudah bagiku.”

Maka ia pun memeluk Islam. Para sahabat yang berada di sekitar itu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah melakukan perbuatan yang dilakukan oleh Wahsyi.”

Rasulullah saw. bersabda, “Ayat itu ditujukan kepada seluruh orang Islam.”

Al Haitsami (juz 7, hal.100) berkata bahwa dalam sanadnya ada Abyan bin Sufyan. Adz Dzahabi menganggapnya lemah.

Diriwayatkan oleh Bukhari (2/710) dari Ibnu Abbas r.a., katanya: Sesungguhnya orang-orang yang berasal dari kaum musyrik, dulu mereka telah membunuh dan banyak melakukannya, begitu juga mereka telah berzinadan banyak melakukannya, kemudian mereka menemui Rasulullah saw. dan berkata, “Sesungguhnya segala yang telah engkau katakan dan engkau dakwahkan adalah ajaran yang sangat bagus, kalau saja engkau memberi tahu kami bahwa ada penebus untuk segala (dosa) yang kami lakukan selama ini.”
Maka Allah swt. Telah menurunkan ayat sebagai berikut:

وَالَّذِيْنَ لَايَدْعُوْنَ مَعَ اللهِ اِلٰهًا اٰخَرَوَلَايَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِىْ حَرَّمَ اللهُ اِلَّابِالْحَقِّ وَلَايَزْنُوْنَۚ

Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar dan tidak berzina.” (Qs. Al Furqan: 68)

Kemudian ayat yang lain turun:

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِنَ اَسْرَفُوْاعَلٰٓ اَنْفُسِهِمْ لَاتَقْنَطُوْامِنْ رَّحْمَتِ اللهِۗ

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah….” (Qs. Az Zumar: 53)

Muslim juga meriwayatkannya (juz 1 hal. 76), juga Abu Dawud (juz 2 hal. 238), dan an Nasa’I, seperti yang ada dalam al Aini (juz 9 hal. 121). Al Baihaqi meriwayatkannya (juz 9 hal.98) semisal itu.
Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 1 hal. 48-50, Penerbit Pustaka Ramadhan