Pages

Senin, 26 Agustus 2013

Kisah Abu Hurairah r.a. Bersama Ahli Pasar


 بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Thabrani mengeluarkan dalam kitab Ausath dengan sanad yang hasan dari Abu Hurairah r.a. bahwa sesungguhnya dia berjalan-jalan di pasar Madinah dan berdiam sebentar di sana, lalu  berkata, “Wahai ahli pasar! Apa yang mencegah kamu dari mencari kebaikan?”

Mereka menjawab, “Apa itu wahai Abu Hurairah?”

Abu Hurairah r.a. berkata, “Itu, warisan Rasulullah saw. sedang dibagi-bagikan sedangkan kalian masih di sini! Apakah kalian tidak pergi untuk mengambil bagian kalian?”

Mereka bertanya, “Di mana?”

Abu Hurairah r.a. berkata, “Di dalam masjid.”

Kemudian mereka bergegas ke masjid dan Abu Hurairah r.a. berdiam di tempat itu menunggu mereka kembali. Lalu Abu Hurairah r.a. berkata kepadanya, “Apa yang kalian dapatkan?”

Mereka menjawab, “Wahai Abu Hurairah! Sungguh kami telah datang ke masjid lalu kami masuk ke dalamnya dan kami tidak melihat sesuatu yang dibagi.”

Abu Hurairah r.a. berkata, “Apa yang kalian lihat di masjid?”

Mereka menjawab, “Ya, kami melihat ada suatu kaum yang shalat dan satu kaum yang membaca al –Qur’an dan satu kaum membahas tentang halal dan haram.”

Lalu Abu Hurairah r.a. berkata, “Celakalah kalian! Itulah warisan Muhammad Rasulullah saw.

Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 3 hal. 151, Penerbit Pustaka Ramadhan

Kamis, 22 Agustus 2013

Perintah Rasulullah saw. Supaya Mendahulukan Berkhidmat Kepada Kedua Orang Tua Daripada Jihad


بسم الله الرحمن الرحيم

Dikeluarkan oleh al Bukhari, Muslim, at Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud dari Abdullah bin Amr bin al ash r.a., katanya: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah saw. dan meminta izinnya untuk pergi berjihad. Rasulullah saw. bertanya apakah ayah dan ibunya masih hidup atau sudah meninggal dunia. Lelaki itu menjawab bahwa keduanya masih hidup. Maka Rasulullah saw. bersabda kepadanya supaya berkhidmat kepada keduanya karena itu pun merupakan jihad.

Dalam riwayat Muslim, katanya: Seorang pemuda datang menemui Rasulullah saw. dan berkata kepadanya, “Aku membaiatmu atas hijrah dan hijrah untuk memperoleh ganjaran dari Allah.”

Rasulullah saw. bertanya kepada lelaki itu, “Apakah salah seorang dari ayah dan ibumu masih hidup?”

Pemuda itu menjawab, “Bahkan keduanya masih hidup.”

Karena jawaban pemuda itu, Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mau mencari ganjaran dari Allah?”

“Ya.” Jawab pemuda itu.

Rasulullah saw. bersabda, “Hendaknya kamu kembali kepada ayah dan ibumu dan bergaullah dengan baik dengan mereka (dengan berkhidmat kepadanya).”

Dalam riwayat Abu Dawud pula, pemuda itu berkata kepada Rasulullah saw., “Saya datang untuk berbaiat kepada engkau atas hijrah dan saya telah meninggalkan kedua orang tua saya, sedangkan kedunya menangis.”

Rasulullah saw.  bersabda “Pulanglah kamu kepada kedua orang tuamu dan buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuatnya menangis.”
Dalam riwayat Abu Dawud juga dari hadits Abu Sa’id r.a. bahwa seorang lelaki dari penduduk Yaman telah hijrah kepada Rasulullah saw. dan baginda bertanya kepadanya, “Apakah kamu mempunyai seseorang di Yaman (yang kamu tinggalkan)?”

Lelaki itu menjawab, “kedua orang tuaku.”

Rasulullah saw. bertanya lagi, “Apakah keduanya telah mengizinkanmu untuk berhijrah?”
“Tidak.” Jawab lelaki itu.

Rasulullah saw. bersabda, “Jika demikian, kembalilah kamu kepada kedua orang tuamu dan mintalah izin dari mereka, sekiranya mereka mengizinkan kamu, maka pergilah untuk berjihad. Jika tidak, tinggallah bersama mereka dan berkhiddmat untuk mereka.”

Dalam riwayat Abu Ya’la dan ath Thabrani dengan isnad yang jayyid dari anas r.a., katanya: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah saw. dan berkata kepada beliau, “Saya sangat bersemangat untuk berjihad tetapi saya tidak mampu melakukannya.”

Rasulullah saw. bertanya, “Apakah salah seorang dari ayah dan ibumu masih hidup?”
Lelaki itu menjawab, “Ibuku masih hidup.”

Rasulullah saw. bersabda, “Berkhidmatlah untuk ibumu semata-mata karena Allah. Jika kamu melakukannya, maka kamu memperoleh ganjaran mengerjakan haji, umroh dan jihad.” (at Targhib)

Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 3 hal. 513 - 514, Penerbit Pustaka Ramadhan

Kamis, 01 Agustus 2013

Anjuran Salman r.a. dan Abu Darda’ r.a. untuk Dzikir


 بسم الله الرحمن الرحيم
Abu Nu’aim dalam al Hilyah mengeluarkan hadits dari Salman r.a. katanya: Aku berkata, “Andaikan ada seorang leki-laki yang menyedekahkan budak belian yang mulus kulitnya dan laki-laki yang lain membaca kitabullah dan berdzikir kepada ALLAH swt.

Sulaiman berkata, “Sepertinya Salman r.a. berpendapat laki-laki yang berdzikir itulah yang lebih utama.”

Ahmad mengeluarkan hadits dari Habib bin Ubaid bahwa ada seorang laki-laki yang datang kepada Abu Darda’ r.a., laki-laki tadi berkata, “Nasehatilah saya.”

Abu Darda’ r.a. menjawab, “Ingatlah kamu kepada ALLAH ketika senang maka ALLAH akan mengingatmu ketika susah. Jika kamu menengok isi dunia maka tengoklah asal kejadiannya.”

Sebagaimana dalam Sifatish Shafwah (1/258).

Abu Nu’aim dalam al Hilyah mengeluarkan hadits dari Abu Darda’ r.a. katanya: Aku berkata, “Maukah kalian aku kabarkan amalan yang paling baik, yang paling disukai ALLAH dan yang mininggikan derajat kalian dan yang lebih baik dari memerangi musuh kalian, mereka membunuhmu atau kamu membunuh musuhmu dan yang lebih baik daripada menyedekahkan beberapa dirham dan dinar?”

Mereka bertanya, “Apakah itu hai Abu Darda’?”

Aku menjawab, “Yaitu Dzikrullah, dan sesungguhnya mengingat ALLAH itu besar.”

Abu Nu’aim dalam al Hilyah mengeluarkan hadits dari Abu Darda’ r.a. ia berkata bahwa orang-orang yang membasahi lisannya dengan dzikrullah akan memasuki Jannah dengan tersenyum-senyum.
Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 3 hal. 369, Penerbit Pustaka Ramadhan