Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.: Ketika Rasulullah saw.
berada di Makkah, seorang wanita Anshar datang kepada beliau dan berkata,
“Wahai Rasulullah, keburukan sungguh telah menguasai saya (jin atau penyakit
epilepsi).”
Maka Rasulullah saw. berkata, “Jika kamu bersabar
dengan keadaanmu sekarang, maka pada hari kiamat kamu akan menjumpai Allah dalam keadaan bebas dari
dosa-dosa dan tidak ada hisab atasmu.”
Wanita itu berkata, “Demi Allah! Yang telah mengutus engkau dengan
kebenaran, tentu saya akan bersabar hingga saya berjumpa dengan Pencipta saya,
tapi saya khawatir makhluk jahat ini membuat aurat saya terbuka.
Maka Rasulullah saw. berdo’a untuknya. Setelah itu
kapan saja wanita itu merasa takut bahwa makhluk jahat itu akan membuat ia
terbuka auratnya, ia pergi ke dekat kelambu Ka’bah dan memegang kain itu
kuat-kuat sambil berkata, “Wahai syetan, menjauhlah dariku!” Dengan demikian
makhluk jahat itu tidak mendekati dia.
Atha r.a. meriwayatkan: Ibnu Abbas r.a. berkata
kepadaku, “Maukah kamu aku beri tahu tentang
seorang watina ahli Jannah?”
Aku mengiyakan. Kemudian Ibnu Abbas r.a. berkata, “Dia
adalah seorang wanita yang berkulit hitam. Ia mendekati Rasulullah saw.
dan berkata kepada beliau bahwa dia menderita penyakit epilepsi sehingga
terbuka auratnya. Ia meminta kepada Rasulullah saw. supaya berdo’a
untuknya. Lalu Rasulullah saw. berkata kepadanya, ‘Jika engkau bersabar
atas apa yang menimpamu, engkau akan
mendapatkan Jannah, dan jika engkau meminta aku berdo’a, aku akan berdo’a kepada Allah supaya engkau
diselamatkan dari musibah ini.’ Wanita itu berkata, ‘Saya tidak ingin sembuh
dari penyakit ini dan saya akan bersabar. Tetapi do’akanlah kepada Allah agar
aurat saya tidak terbuka.’ Maka Rasulullah saw. pun mendo’akannya
demikian.”
Di dalam Shahih Bukhari diriwayatkan bahwa Ummu Zafar r.ha.
pernah melihat wanita itu, perawakannya tinggi dan berkulit hitam dan dia
sedang berdiri memegang kelambu Ka’bah.
Dari Abdullah bin Mughfil r.a., katanya: Pada zaman
jahiliyah ada seorang wanita nakal. Seorang lelaki berpapasan dengan wanita
itu. Lelaki itu mengangkat tangan ke arah wanita itu dan berkata, “Berhentilah!
Allah swt. Telah menghapus kemusyrikan dan mengaruniakan Islam kepada kita.”
Kemudian lelaki itu meninggalkan wanita itu dengan
membelakanginya. Dia terus berjalan
tetapi pandangannya terus ke belakang ke arah si wanita. Tiba-tiba dia
menubruk sebuah dinding.
Lalu lelaki ini datang kepada Rasulullah saw. dan memberi tahu beliau tentang kejadian itu.
Rasulullah saw. berkata, “Engkau adalah seorang lelaki yang Allah swt.
bermaksud memberi kebaikan. Sesungghunya jika Allah bermaksud memberi kebaikan
kepada seseorang, maka Dia memberi hukuman atas dosa yang dibuat orang itu di
dunia ini juga. Jika Dia bermaksud memberi keburukan kepada seseorang, maka Dia
membiarkan orang itu sibuk berbuat dosa sehingga dia akan mendapatkan
hukumannya pada hari Kiamat.”
Abdullah bin Khalifah r.a. menuturkan: Suatu ketika
aku pergi bersama Umar r.a.. Aku melihat bahwa tali sepatu Umar r.a.
terputus. Atas kejadian ini Umar r.a. membaca, “Inna lillahi wa inna
ilaihi raajiun (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kita
akan kembali kepada-Nya).”
Kemudian dia berkata, “Apa saja yang menyebabkan kesusahan
kepadamu adalah musibah.”
Dalam riwayat lain yang dikutip dari Marwazi dari Sa’ad bin
Musayyab rah.a. katanya: Tali sepatu Umar r.a. terputus dan dia
mengucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun (Sesungguhnya kita
adalah milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya).”
Mendengar hal ini orang-orang berkata, “Wahai Amirul
Mukminin! Engkau mengucapkan kata-kata itu walaupun hanya untuk tali sepatu
yang putus.”
Umar r.a. berkata, “Apa saja yang menimpa seorang
mu’min yang menyebabkan kesusahan kepadanya adalah musibah.”
Dari Aslam r.a., katanya: Abu Ubaidah r.a.
menulis surat kepada Umar r.a. tentang pasukan Romawi dan mengungkapkan
rasa takutnya yang disebabkan oleh besarnya jumlah tentara Romawi itu. Umar r.a.
membalas surat itu dengan menulis, “Kapan saja musibah menimpa seorang mu’min,
Allah swt. segera akan memberikan kemudahan kepada dia. Sesungguhnya
kesukaran tidak akan pernah menghalangi kemudahan dan kenyamanan.
Dalam al Qur’an Allah swt. berfirman:
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوااصْبِرُوْاوَصَابِرُوْاوَرَابِطُوْاوَاتَّقُوااللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah,
supaya kamu beruntung.” (Q.s. Ali Imran: 200)
Abdul Rahman
bin Mahdi r.a. berkata bahwa Utsman r.a. telah melakukan dua hal
yang tidak dapat dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar. Pertama, dia tabah
sedemikian rupa hingga dia matti syahid,
dan kedua dia telah mengumpulkan al Qur’an untuk seluruh manusia.
Dikutip dari
Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 2 hal. 647-649, Penerbit Pustaka
Ramadhan