Pages

Tampilkan postingan dengan label IMAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IMAN. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Desember 2013

Perndapat al Aqamah mengenai Hakikat Iman, Dakwah Kepada Iman dan Perkara-Perkara Fardhu


 بسم الله الرحمن الرحيم

Diriwayatkan oleh Hakim dari al Aqamah bin Harits r.a. yang berkata: Aku dan kaumku bartujuh orang datang menemui Rasulullah saw.. Kami mengucapkan salam dan beliau menjawab salam kami itu. Kami berbincang-bincang dengan Rasulullah saw. dan beliau tertarik dengan pembicaraan kami.

Rasulullah saw. bertanya, “Siapa kalian ini?”

Kami menjawab, “Kami adalah orang-orang yang beriman.”

Sabda Rasulullah saw., “Setiap perkata mempunyai hakikat. Apakah hakikat iman kalian itu?”

Kami menjawab, “Lima belas sifat. Lima perkara yang engkau perintahkan kepadda kami, lima hal yang telah diperintahkan oleh utusanmu, dan lima perkara yang menjadi akhlak kami sejak zaman jahiliyyah dan kami masih mengamalkannya, wahai Rasulullah.”

“Apakah lima amalan yang aku perrintahkan kepada kalian?” Tanya Rasulullah saw..

Kami menjawab, “Engkau telah perintahkan kami agar beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, serta takdir Allah yang baik maupun yang buruk.”

“Apakah lima perbuatan yang diperintahkan oleh utusanku?” Tanya Rasulullah saw. lagi.

Kami menjawab, “Kami diperintahkan oleh utusanmu agar bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya dan bahwa engkau adalah hamba sekaligus utusan Allah; mendirikan Shalat; membayar zakat; shaum pada bulan Ramadhan; mengerjakan haji di Baitullah jika kami mampu melakukannya.”

Rasulullah saw. bertanya, “Apakah lima sifat yang masih  menjadi akhlak kalian sejak jaman jahiliyyah?”

Kami menjawab, “Bersyukur ketika mendapat kesenangan; bersabar ketika ditimpa musibah; keras dan berani di medan perang; ridha atas takdir yang ditetapkan Allah; dan  tidak merasa gembira dengan suatu musibah yang menimpah musuh.”

Mendengar penjelasan itu, Rasulullah saw. bersabda, “Kalian adalah orang-orang yang faqih dan sangat beradab, hampir saja kalian serupa dengan nabi-nabi disebabkan sifat-sifat yang begitu indahnya.”

Rasulullah saw.tersenyum kepada kami lalu bersabda lagi, “Aku memberi kalian lima wasiat lagi agar Allah menyempurnakan bagi kalian sifat-sifat kebaikan, yaitu: janganlah kalian mengumpulkan makanan yang tidak akan kalian makan; jangan membangun rumah yang tidak akan kalian tinggali; jangan kalian berlomba-lomba untuk mengumpulkan yang pasti akan kalian tinggalkan di kemudian hari; takutlah kepada Allah yang pada suatu hari nanti pasti kalian akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan kepada-Nya kalian akan hadir; hendaklah kalian mencintai alam yang pasti akan kalian tempati dan kekal di dalamnya (akhirat).”

Demikian tertera dalam kitab Kanzul Ummal (1/69)

Diriwayatkan juga oleh Abu Sa’d Naisaburi dalam Syaraful Musthafa dari Al aqamah bin Harits r.a. Diriwayatkan oleh Asakir, Rusyathi dan Ibnu Asakir dari Suwaid bin Harits, ua menukilkan hadits ini dengan panjang lebar. Ini lebih terkenal sebagaimana tercantum dalam kitab al Ishaabah (2/98). Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab al Hilyah (9/279) dari Suwaid bin Harits r.a., katanya Aku datang dalam suatu delegasi menemui Rasulullah saw. yang berjumlah tujuh orang. Ketika kami masuk menemui Rasulullah saw. dan berbincang-bincang dengan Rasulullah saw., beliau merasa kagum dengan sifat dan sikap kami yang baik. Rasulullah saw. bertanya, “Siapakah kalian?”

Kami menjawab, “Kami orang-orang yang beriman.”

Rasulullah saw. tersenyum kemudian bersabda, “Setiap ucapan itu mempunyai hakikat. Apakah hakikat ucapan dan keimanan kalian?”

Kami menjawab, “Ada lima belas perkara: Lima perkara di antaranya telah diperintahkan oleh para utusan engkau agar kami mengimaninya, lima perkara di antaranya telah diperintahkan oleh para utusan engkau agar kami mengamalkannya, lima perkara di antaaranya telah menjadi sifat kami di masa jahiliyyah. Kami masih memegangnya kecuali  jika engkau tidak menyukai satu bagian darinya.”

Kemudian ia menyebutkan hadits tersebut dengan makna sama seperti di atas, hanya saja ia menyebutkan: “Dan kebangkitan sesudah mati.” Sebagai ganti kalimat: “Takdir, yang baik maupun yang buruk.” Dan ia juga menyebutkan: “Bersabar pada saat musuh bergembira ria.” Sebagai ganti dari kalimat: “tidak merasa gembira dengan suatu musibah yang menimpa kepada musuh.”

Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 1 hal. 134-135, Penerbit Pustaka Ramadhan

Minggu, 05 Mei 2013

Kisah Seorang Lelaki yang Sakit Perut


 بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari dan Muslim mengeluarkan hadits dari Abi Said Al Khudri r.a., katanya: Sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. seraya berkata, “Saudaraku sedang sakit perut.”

Nabi saw.  bersabda, “Minumkanlah madu.”

Lalu dia pergi kemudian meminumkannya madu, kemudian datang lagi seraya berkata, “Wahai Rasulullah..! Aku telah minumkan madu, tetapi malah tambah sakit.”

Nabi saw. bersabda, “Pergilah minumkanlah lagi madu..!”

Lalu dia pergi dan meminumkannya madu, kemudian dia datang lagi seraya berkata, “Wahai Rasulullah! Dia tambah sakit.”

Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Maha benar Allah dan perut saudaramu telah berbohong, pergilah, lalu minumkanlah dia madu.”

Lalu dia pergi meminumkannya madu, kemudian sembuh.

Sebagaimana di dalam kitab Tafsir Ibnu Kasir juz 2 halaman 575.
Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 3 hal. 11, Penerbit Pustaka Ramadhan

Keluarnya Ahli Syahadat Dari Neraka


Imam Thabrani mengeluarkan hadits dari Abu Musa r.a. dia berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Ketika ahli nereka berkumpul di dalam neraka dan bersama mereka ada seseorang dari ahli Qiblah. Maka orang-orang kafir itu berkata kepada kaum muslimin, “Apakah kalian orang-orang muslim?”

Mereka menjawab, “Yaa.”

Orang kafir itu menjawab, “Apakah Islam tidak mencukupi kalian, sehingga kalian bersama kami di neraka?”

Mereka menjawab, “Karena kami memiliki dosa, lalu kami diambil dan diletakan di dalam neraka.”

Lalu Allah swt. Mendengar ap yang mereka katakan, kemudian Allah saw. memerintahkan malaikat penjaga neraka untuk mengeluarkan ahli Qiblah itu. Ketika orang-orang kafir melihat seperti itu, mereka berkata, “Seandainya aku jadi orang muslimin, maka aku akan dikeluarkan sebagaimana mereka dikeluarkan.”

Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Aku berlindung kepada Allah dari syetan yang terkutuk (ta’awudz):

الٓرٰۗ تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ وَقُرْ اٰنٍ مُّبِيْنٍ رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْكَانُوْا مُسْلِمِيْنَ

Alif, laam, raa. (Surah) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Kitab (yang sempurna) yaitu (ayat-ayat) al Qur’an yang memberi penjelasan. Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang Muslim. (Q.s. Al Hijr: 1-2)

Imam Ibnu Abi Khatim juga telah meriwayatkan hadits yang serupa tetapi di dalamnya ada Basmalah sebagai ganti dari ta’awud.

Thabrani mengeluarkan dari Anas r.a. berkata, “Sesungguhnya manusia dari ahli Laa ilaaha illallah  ada yang masuk  nereka karena dosa-dosanya, kemudian ahli Lata dan ‘Uzza berkata kepadanya, ‘Apakah perkataan Laa ilaaha illallah tidak mencukupi (tidak bisa menyelamatkan) kalian, sehingga kalian sekarang di neraka barsama kami?’ Lalu Allah swt. Marah kepada mereka, kemudian Allah swt. Mengeluarkan mereka, kemudian dijatuhkan di dalam sungai kehidupan lalu mereka sembuh dari luka bakar sebagaimana terlepasnya rembulan dari gerhananya lalu mereka dimasukan ke dalam Jannah dan diberi nama dengan nama Jahanamiyun.

Imam Ahmad telah mengeluarkan dari Abu Said al Khudri r.a. melalui sebagian jalan yang lain hadits serupa ini. Di dalam riwayatnya dikatakan: Lalu mereka diberi nama di dalam Jannah dengan nama Jahanamiyun karena sangat hitam wajahnya. Lalu mereka berkata: “Yaa Allah..! Hilangkanlah nama ini dari kami.” Lalu Allah swt. Memerintahkan mereka supaya mandi di dalam sungai di dalam Jannah, lalu hilanglah nama itu dari mereka.

Sebagaimana diterangkan didalam Kitab Tafsir Ibnu Kasir juz 2 hal. 546

Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 3 hal. 7-8, Penerbit Pustaka Ramadhan

Sabtu, 04 Mei 2013

Nabi saw. Memberikan Kabar Gembira Dengan Jannah Kepada Orang Yang Meninggal Dunia Yang Tidak Menyekutukan Allah Dengan Sesuatu Pun


Bukhari dan Muslim mengeluarkan hadits dari Abu Dzar r.a. katanya: Pada suatu malam aku keluar, ketika itu Rasulullah saw. sedang berjalan sendirian dan tidak ada seorang pun yang bersamanya. Aku berkata dalam hati, “Nampaknya beliau sedang tidak suka ditemani.”

Aku pun berjalan di bawah perlindungan bulan, lalu beliau saw. menoleh ke arahku seraya beerrtanya, “Siapakah itu?”

Aku menjawab, “Abu Dzar! Semoga Allah menjadikan saya sebagai tebusan.”

Nabi saw. berkata, “Wahai Abu Dzar..! ke sinilah..!”

Lalu aku berjalan bersamanya sesaat, Nabi saw. berkata, “Sesungguhnya orang yang mempunyai harta, mereka adalah orang yang tidak mempunyai pahala pada hari kiamat kecuali seseorang yang Allah beri kepadanya kebaikan, lalu dia memberikan harta itu dengan tangan kanan dan kirinya dan diantara kedua tangannya dan belakangnya serta beramal kebaikan dengannya.”

Aku pun berjalan bersama beliau sebentar, lalu beliau berkata kepadaku, “Duduklah di tempat ini.”

Maka  aku pun duduk di sebuah tempat yang luas yang sekelilingnya ada bebatuan, lalu beliau berkata lagi, “Tetaplah di sini sehingga aku kembali kepadamu.”

Kemudian beliau saw. pergi ke dalam tempat yang banyak batu hitam, sehingga aku tidak melihatnya lagi, aku pun duduk sangat lama, kemudian aku mendengar beliau berkata, “Walaupun orang berzina dan mencuri.”

Ketika beliau datang aku sudah tidak sabar lagi, lalu aku berkata, “Wahai Nabi Allah..! Semoga Allah menjadikan saya sebagai tebusan, siapa yang berbicara di balik batu tadi? Saya tidak melihat seorang pun yang kembali kepada tuan dengan sesuatu.”

Nabi saw. berkata, “Dia adalah Jibril a.s. yang menawarkan kepadaku di balik batu itu, lalu dia berkata, ‘Berikanlah kabar gembira kepada umatmu, barangsiapa yang mati tidak menyekutukan Allah dengan sedikit pun maka dia akan masuk Jannah,’ lalu aku berkata, ‘Wahai Jibril..! Walaupun dia berzina dan mencuri?’ Jibril a.s. menjawab, ‘Betul.’”

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah! Walaupun berzina dan mencuri?”

Nabi saw. menjawab, “Benar.”

Aku bertanya lagi, “Walaupun berzina dan mencuri?”

Nabi saw. menjawab, “Benar, walaupun meminum khamr.”

Sebagaimana diterangkan didalam kitab Jami’ul Fawaid juz 1 hal. 7. Perawi berkata, “Dan keduanya telah menambahi beserta Imam Tirmidzi di dalam yang lain dengan semisalnya, di dalam ucapan yang keempat, “Agak memaksa Abu Dzar r.a.

Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 3 hal. 3-4, Penerbit Pustaka Ramadhan