Dikeluarkan oleh Ahmad dengan isnad-isnad yang shahih dari
Ibnu Abbas r.hum. mengatakan bahwa Umar bin al Khaththab r.a.
telah memberitahunya: Aku pernah masuk menemui Rasulullah saw. yang
ketika itu sedang duduk di atas sehelai tikar. Aku pun duduk di sampingnya.
Ketika Itu Baginda saw. memakai sehelai kain sarung
dan beliau tidak memakai apa-apa selain dari itu. Bekas tikar itu jelas
terlihat pada rusuknya. Aku melihat segenggam biji barli sekadar satu sa’a dan
beberapa helai daun barli terhampar di satu sudut rumahnya. Terdapat juga kulit
binatang yang telah disamak tergantung di dinding rumah. Setelah melihat
semuanya itu, air mataku bercucuran dan menangis.
Melihat aku menangis, Rasulullah saw. bertanya
kepadaku, “Mengapa engkau menangis ya Ibnu Khaththab?”
Aku pun menjawab, “Bagaimanakah aku tidak menangis sedangkan
aku melihat bekas tikar itu jelas
terlihat pada tubuhmu dan aku melihat semua benda-benda ini di dalam rumahmu.
Engkau hidup di dalam keadaan susah sedangkan Kisra (Raja Persia) dan Kaisar
(Raja Romawi) yang tidak beriman kepada Allah swt. Menjalani kehidupan
yang mewah. Mereka tinggal di dalam taman-taman yang berjuntaian buah-buahannya
dan anak-anak sungai yang mengalir tenang di dalam taman-taman mereka. Engkau
hanya mempunyai barang-barang ini sedangkan engkau adalah utusan Allah.
Mendengar kata-kata Umar r.a. itu, Rasulullah saw.
bersabda, “Wahai Ibnu Khaththab! Apakah engkau tidak suka bahwa kita telah
dijanjikan oleh Allah dengan Jannah sedangkan mereka hanya memperoleh kemewahan
dunia saja dan di akhirat mereka tidak akan memperoleh apa pun dari Allah swt.?”
Al Hakim mengatakan bahwa ini hadits shahih atas syarat
Muslim. Umar r.a. berkata: Aku telah memohon izin Rasulullah saw.
untuk masuk menemuinya. Aku pun masuk menemuinya di dalam sebuah rumah setelah
memperoleh izinnya. Aku dapati Baginda saw. sedang berbaring di atas
kain yang kasar dan sebagian dari tubuhnya mengenai tanah.
Di kepalanya terdapat sebuah bantal yang diisi dengan pelepah
pohon kurma dan sehelai kulit yang telah disamak tergantung di atas kepalanya. Beberapa helai
daun pohon beri terdampar di bagian lain rumahnya itu. Aku ku pun memberi salam
kepadanya lalu duduk di sampingnya sambil berkata kepadanya, “Engkau adalah
nabi Allah dan pilihan-Nya. Tetapi Kisra dan Kaisar mempunyai singgasana dari
emas dan pakaian sutera.”
Mendengar kata-kataku itu, Rasulullah saw. bersabda,
“Mereka adalah satu kaum yang segala kekayaan dan kebaikan telah diberikan
kepada mereka semasa mereka hidup di dunia. Sedangkan kita, segala kebaikan
kita dibalas oleh Allah di alam akhirat di mana Dia menyimpannya untuk kita.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban di dalam kitab shahihnya dari
Anas bahwa sesungguhnya Umar r.a. telah masuk menemui Rasululah saw.
maka dinyatakan hadits serupa dengan hadits di atas. Sebagaimana dalam at
Targhib. Anas r.a. juga telah mengeluarkan hadits selain dari Ahmad dan
Abu Ya’la serupa dengan itu. Al Haitsami mengatakan bahwa perawi-perawi Ahmad
shahih kecuali Mubarak bin Fudalah, sebagian jamaah telah mengatakan bahwa
Mubarak itu kuat dan sebagian lagi mengatakan sebaliknya.
Dikeluarkan oleh Ahmad dan Ibnu Hibban di dalam kitab shahih
mereka dan al Baihaqi dari Ibnu Abbas r.hum. bahwa sesungguhnya Rasulullah saw.
didatangi oleh Umar bin al Khaththab r.a. di dalam kamarnya. Ketika itu
baginda saw. sedang berbaring di atas rusuknya di atas sehelai tikar
yang kasar buatannya. Umar r.a. berkata kepada Baginda saw., “Ya
Rasulullah! Adalah lebih baik tuan menggunakan tikar yang lebih nyaman dari
ini.”
Setelah mendengar usulan Umar r.a. itu, Rasulullah
saw. bersabda, “Apakah yang harus dilakukan dengan dunia ini. Di dunia ini aku
hanyalah ibarat seorang pengembara yang berjalan pada hari yang panas, kemudian
berteduh di bawah sebatang pohon untuk sejenak, kemudian meneruskan
perjalanannya dan meninggalkan pohon itu.” (at Targhib)
Dikeluarkan oleh at Tirmidzi serta dishahihkannya, Ibnu Majah
dari Ibnu Mas’ud r.a. serupa dengan itu. At Thabrani dan Abu Syeikh juga
meriwaayatkan hadits dari Ibnu Mas’ud serupa dengan hadits Umar. Sebagaimana
dalam at Targhib. Juga Ibnu Hibban dan at Thabrani meriwayatkannya dari
‘Aisyah r.ha. sebagaimana dalam At Targhib dan Al Majma’.
Dikeluarkan oleh al Baihaqi dari ‘Aisyah r.ha.
katanya: Seorang wanita Anshar masuk menemuiku. Ia melihat alas tempat tidur
Rasulullah saw. yang kasar dan bertambal-tambal serta berlipat-lipat.
Kemudian wanita Anshar itu mengirim kepadaku tilam yang diisi dengan kapas
untuk Rasulullah saw.. Kemudian Rasulullah saw. masuk menemuiku.
Setelah melihat tilam yang dihadiahkan oleh wanita Anshar itu, Baginda saw.
pun bertanya kepadaku, “Apakah ini, Ya ‘Aisyah?”
Aku menjawab, “Ya Rasulullah! Seorang wanita Anshar telah
masuk ke dalam kamar ini dan melihat keadaan tempat tidur engkau lalu ia
kembali ke rumahnya dan mengirimkan tilam ini untukmu.”
Rasulullah saw. pun bersabda, “Kembalikanlah ya
‘Aisyah. Demi Allah! Jika kamu mau sudah pasti Allah menukarkan gunung-gunung
menjadi emas dan perak.”
Dikeluarkan oleh Abu asy Syaikh lebih panjang dari itu
sebagaimana dalam at Targhib.
Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan al Hakim dari Anas r.a.
katanya: Rasulullah saw. memakai kain dari kapas dan kain uang
bertambal-tambal. Ia juga meriwayatkan bahw Rasulullah saw. menggunakan
tepung yang di kisar dan tepung tanpa kisar. Seseorang pernah bertanya kepada
Hasan mengenai Basya’ dan ia menjawab, “Itu adala balhi yang kasar dan
Rasulullah saw. tidak memakannya kecuali dengan air.”
Al Hakim mengatakan hadits itu shahih dari segi Isnad. Sebagaimana
dalam at Targhib.
Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Abi Dunya di dalam kitab
Al Jau’ (Kelaparan) dan selain dari mereka berdua, juga dari Ummu Aiman r.ha.
bahwa ia (Ummu Aiman) pada suatu hari memakan roti untuk Rasulullah saw.
dari tepung yang diayak.
Baginda saw. pun bersabda kepadaku, “Campurlah dengan
tepung kemudian kamu uli makanan itu.” (at Targib)
Dikeluarkan ole ath Thabrani dari Salma, istri Abu Rafi r.a.
yang berkata: Pad suatu ketika, al Hasan bin Ali, Abdulllah bin Ja’far dan
Abdullah bin Abbas r.anhum. masuk menemuiku. Mereka berkata kepadaku,
“Sediakanlah makanan yang sangat di sukai oleh Rasulullah saw.”
Aku berkata kepada mereka, “Wahai anakku! Jiak aku
memasakkannya untuk kamu, sedah tentu kamu akan menyukainya.”
Lalu aku bangun dan mengambil tepung barli, aku pun
mengisarnya dan mengayaknya. Kemudian aku menyediakan rotti-roti kecil. Setelah
roti tersedia, aku menghidangkannya dengan minyak zaitun yang dicampurkan lada
hitam lalu menghidangkannya kepada mereka sambil berkata, “Nabi sangat menyukai
makanan ini.”
Dikeluarkan oleh Abu Syaikh Ibnu Hibban di dalam kitab ash
Shawab dari Ibnu Umar r.hum. katanya: Kami pernah keluar bersama
Rasulullah saw. sehingga kami masuk ke dalam beberapa buah kebun
orang-orang Anshar. Baginda saw. pun memungut buah-buah kurma yang jatuh
dan memakannya.
Melihat aku tidak memungut dan memakan buah kurma itu,
Rasulullah saw. bertanya kepadaku, “Apakah yang menyebabkan kamu tidak
makan buah kurma ini?”
Aku pun menjawab, “Aku tidak berselera ya Rasulullah,”
Rasulullah saw. bersabda, “ Aku sangat menyukainya dan
hari ini adalah hari keempat aku tidak menjamah makanan apa pun. Jika kamu mau
aku akan berdoa kepada Rabbku Azza wa Jalla, maka Dia kan mengkaruniakan
kepadaku seperti apa yang telah diberikan-Nya kepada Kisra dan Kaisar.
Bagaimanakah keadaanmu ya Ibnu Umar, sekiranya kamu tinggal di kalangan satu
kaum yang mengimpan persedian makanan untuk merka setahun lamanya dan
melemahkan kenyakinan kepada Allah? Demi Allah, ayat ini telah diturunkan
sebelum kita meninggalkan kebun itu:
وَكَاَيِّنْ
مِّنْ دَآبَّةٍلَّاتَحْمِلُ رِزْقَهَا اللهُ يَرْزُقُهَاوَاِيَّاكُمْج وَهُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Dan
berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri.
Allahlah yang memberi rejeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (Q.s. Al Ankabut: 60)
Kemudian
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memerintahkanku
untuk menyimpan barang-barang dunia dan tidak juga dengan syahwat. Maka
barangsiapa yang menyimpan sesuatu untuk dirinya bagi hari-hari yang mendatang
dalam kehidupannya untuk menjamin kelangsungan hidupnya, maka ketahuilah
kehidupan adalah ditentukan oleh Allah swt. Ketahuilah bahwa aku tidak
menyimpan dinar, dirham, atau pun menyimpan rezeki untuk esok hari.” (at
Targhib, Tafsir Ibnu Katsir)
Dikeluarkan
ole hath Thabrani dalam kitab al Ausath dari ‘Aisyah r.ha.
katanya: Pada suatu hari, satu mangkuk yang berisi susu dan madu dihidangkan di
hadapan Rasulullah saw.. Beliau saw.
bersabda, “Kamu telah mencampurkan dua jenis minuman menjadi satu dan dua jenis
di dalam sebuah mangkuk. Aku tidak berhajat kepadanya. Sesungguhnya aku tidak
menegaskan bahwa itu haram akan tetapi aku merasa tidak senang hati sekiranya
Allah akan mempersoalkannya mengenai kelebihan dunia yang telah aku simpan,
pada hari kiamat. Aku merendahkan diri kepada Allah, maka barangsiapa yagn
merendahkan diri kepada Allah, Allah akan mengangkat derajatnya. Barangsiapa
yang membesar-besarka diri, Allah akan menjatuhkannya. Barangsiapa yang
sederhana dalam segala hal, Allah akan mencukupkan segala keperluannya.
Barangsiapa selalu mengingat maut, Allah akan mencintainya.” (at Targhib)
Dikutip dari
Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 2 hal. 280-284, Penerbit Pustaka
Ramadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar