Setelah Aisyah selesai bicara, Umar r.a. mulai
menangis dengan tangisan yang keras, kemudian berkata, “Aku bertanya kepadamu
dengan nama Allah. Apakah kamu mengetahui bahwa Rasulullah saw. tidak
pernah makan roti selama sepuluh tahun, lima atau tiga belas hari
berturut-turut atau pernahkah Baginda saw. makan pagi dan petang tanpa
ketinggalan salah satu darinya dalam sehari sehingga baginda saw.
wafat?”
Jawab ‘Aisyah, “Tidak.”
Lalu Umar r.a. menoleh ke arah Aisyah sambil bertanya,
“Apakah kamu mengetahui bahwa kepada Rasulullah saw. pernah dihidangkan
makanan yang diletakkan di atas meja yang dinaikkan sejengkal dari tanah
kemudian baginda saw. memerintah supaya meja itu dialihkan darinya dan
sebaliknya memerintahkan makanan itu diletakkan di atas tanah?”
Keduanya menjawab , “Ya”
Kata Umar kepada Hafshah dan Aisyah r.huma., “Kamu
berdua adalah istri-istri Rasulullah saw. dan ibu-ibu orang-orang
mukmin. Kamu mempunyai hak atas orang-orang beriman dan atas aku. Tetapi kamu
berdua telah datang menemuiku untuk menimbulkan dalam hatiku gairah terhadap
kehidupan dunia.”
“Sesungguhnya aku mengetahui bahwa Rasulullah saw.
pernah memakai pakaian dari kain bulu yang lembut yang menyebabkan kulitnya
menjadi gatal disebabkan kelembutan pakaian itu. Adakah kalian berdua
mengetahuinya?”
Keduanya menjawab, “Ya Allah! Benar sekali.”
Umar r.a. bertanya lagi kepada Hafshah dan Aisyah,
“Adakah kamu mengetahui bahwa Rasulullah saw. tidur di atas selimutnya
yang dilapis satu. Ya Aisyah! Sesungguhnya di rumahmu terdapat satu helai tikar
yang dijadikan tempat alas duduk pada siang hari dan tilam pada malamnya. Pada
suatu ketika kami masuk menemui Rasulullah saw. dan mendapati
bekas-bekas tikar itu pada tubuh baginda saw. Ya Hafshah! Kamu telah
menceritakan kepadaku bahwa pada suatu malam kamu membentangkan sehelai kain
yang lembut sebagai alas tidur, lalu Rasulullah saw. tidur di atasnya
dengan nyenyak sekali dan tidak bangun sehingga Bilal mengumandangkan adzan
shalat shubuh.”
“Baginda saw. telah bersabda kepadamu, ‘Ya Hafshah!
Apakah yang telah kamu lakukan? Adakah engkau membentangkan kain yang dilipat
dua sebagai alas tidurku sehingga aku tidak mampu bangun malam melainkan adzan
shubuh dikumandangkan? Apakah yang harus dilakukan dengan dunia? Apakah yang
menyebabkan kamu menyibukkan dengan kelembutan tilam ini? Ya Hafshah!’”
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Allah telah mengampuni
dosa-dosa Rasulullah saw. baik yang lalu maupun yang akan datang.
Rasulullah saw. telah mengalami kelaparan pada waktu pagi dan petang.
Rasulullah saw. telah menghabiskan waktu malam dengan sujud, ruku,
menangis dan merendahkan diri pada kedua tei waktu malam dan siang sehingga
Allah mengambil nyawanya dengan rahmat dan keridhoan-Nya.”
Setelah itu, Umar r.a. tidak pernah makan makanan yang
baik-baik, memakai pakaian yang lembut dan ia sangat tabah mengikuti jejak
langkah kedua sahabatnya yang telah meninggal dunia itu. Ia tidak pernah
mengumpulkan di antara dua kuah melainkan apa yang dimakannya adalah garam dan
minyak. Ia tidak makan daging kecuali sekali dalam sebulan.
Akhirnya kedua istri nabi saw. itu meninggalkan Umar r.a.,
dan Umar terus dalam keadaan demikian hingga ia meninggal dunia.
Dikeluarkan oleh Abdul Razak, al Baihaqi dan Ibnu Asakir dari
‘Ikrimah bin Khalid bahwa Hafshah, Ibnu Muthi’ dan Abdullah bin Umar r.a.
berkata kepada Umar bin al Khaththab r.a., “Jika engkau maan makanan
yang baik, maka makanan itu akan memberikan kekuatan kepadamu untuk membela
yang hak.”
Umar r.a. berkata ,”Sesungguhnya aku mengetahui bahwa
kamu bertujuan memberikan nasihat kepadaku, akan tetapi aku telah meninggalkan
dua orang sahabatku (Rasulullah saw. dan Abu Bakar r.a.) di atas
satu jalan, apabila aku meninggalkan jalan yang telah diikuti oleh mereka niscaya
aku tidak akan sampai menemui mereka di tempat tujuan kami.” (Muntakhab al
Kanz)
Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dari Abu Umamah bin Sahl bin
Hanif r.hum. katanya: Sejak sekian lama Umar r.a. tidak
mengggunakan sarana dari Baitul Mal sehingga ia mengalami kefakiran dan
kesempitan hidup. Suatu masa, ia menghantar orang suruhannya kepada
sahabat-sahabat Rasulullah saw. untuk meminta pandangan mereka agar
masalah itu dapat diselesaikan dengan cara yang makruf dan mengandung maslahat.
Ia berkata kepda utusannya agar menyampaikan kata-katanya Sahabat-sahabat
Rasulullah saw., “Jabatan Khalifah ini telah menjaddikanku sibuk
ssekali, adakah jalan keluar yang sesuai untukku.” (Karena ia tidak lagi
mempunyai waktu yang cukup untuk mencari nafkah)
Mendengar yang demikian, Utsman bin Affan r.a.
berkata, “Makanlah engkau dan beri makan kepada orang lain.”
Sa’id bin Amru bin Nufail r.a. juga mengemukakan
pendapat yang sama seperti yang telah diberikan oleh Utsman bin Affan r.a..
Ali r.a. berkata, “Dua kali makan, siang dan malam.”
Maka Umar r.a. mengambil saran Ali r.a. (Muntakhab
al Kanz)
Dikeluarkan oleh Abdul bin Hamid dan Ibnu Jarir dari Qatadah r.a.
karanya: Telah diberitahu kepada kami bahwa Umar bin al Khaththab r.a.
pernah berkata, “Jika aku mau aku bisa makan makanan yang terbaik dan memakai
pakaian yang paling lembut dibandingkan dengan makanan dan pakaianmu, tetapi
aku ingin menjaga kemurnian hatiku.”
Telah diceritakan kepada kami bahwa pada suatu ketika Umar
bin al Khaththab r.a. telah sampai ke Syam. Makanan pun disediakan
untuknya, yaitu makanan yang belum perrnah dilihat olehnya sebelum itu. Melihat
makanan itu, ia bertanya, “Apakah makanan ini untuk kami? Mana makanan untuk
kaum muslimin yang fakir dan yang telah wafat, sedangkan mereka tidak pernah
merasa kenyang dengan makan roti yang terbuat dari barli?”
Mendengar perkataan Umar r.a. itu, Umar bin al Wahid
berkata, “Untuk mereka adalah Jannah.”
Kelopak mata Umar r.a. pun
bergenang dengan air mata setelah mendengar perkataan Umar bin al Wahid itu, lalu
ia berkata, “Jika bagian keuntungan kita hanya dengan memiliki harta dunia ini
saja sedangkan mereka telah pergi meninggalkan dunia ini dengan memperoleh
Jannah, sesungguhnya terddapat jarak yang besar di antara kita dan mereka.” (al
Muntakhab)
Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu
Umar r.hum. bahwa sesungguhnya ia telah ditemui oleh Umar r.a. di
tempat ia menghadapi hidangannya. Kemudian ia pun menyediakan tempat duduk
untuk Umar r.a. lalu Umar r.a. membaca “Bismillah”
kemudian mengambil sepotong makanan kemudian potongan yang kedua, setelah itu
ia berkata, “Sesungguhnya aku mendapati makanan ini agak berlemak, tetapi ini
bukanlah lemak daging.”
Abdullah bin Umar r.a. berkata
kepada bapaknya itu, “Ya Amirul Mukminin! Sesungguhnya aku telah pergi ke pasar
untuk membeli lemak daging tetapi ternyata harganya terlalu mahal. Karena itu
aku membeli daging yang biasa dengan harga satu dirham dan membeli lemak daging
seharga satu dirham. Aku mengharapkan setiap orang dari kita akan memperoleh
sepotong tulang.”
Umar r.a. berkata, “Tidaklah
berkumpul dua benda makanan pada Rasulullah saw., melainkan baginda saw.
akan memakan salah satu darinya dan menyedekahkan yang satu lagi.”
Abdullah r.a. pun berkata, “Ambillah
ia ya Amirul Mukminin! Tidaklah akan berkumpul dua makanan padaku melainkan aku
akan melakukan sedemikian (sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw.).”
Umar r.a. berkata, “Aku tidak
boleh menjamahnya sekarang.” (al Kanz)
Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dari Abu
Hazim katanya: Umar bin al Khaththab r.a. masuk menemui anak
perempuannya Hafshah r.ha.. Hafshah r.ha. telah menghidangkan
untuknya kuah gulai yang telah dingin dan sepotong roti. Ia mengucurkan minyak
zaitun ke dalam kuah itu. Umar r.a. pun berkata kepada Hafshah r.ha.,
“Dua jenis kuah dalam satu wadah, aku tidak akan menjamahnya sehingga aku
bertemu dengan Allah.”
Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dari Anas
r.a. katanya: Aku pernah melihat Umar bin al Khaththab r.a. pada
suatu kesempatan dan ketika itu ia telah menjadi Amirul Mukminin. Satu sa’a
buah kurma dihidangkan kepadanya dan ia akan memakannya termasuk buah kurma
yang terjatuh dari sa’a itu.”
Dari Saib bin Yazid katanya: Dalam
beberapa kesempatan aku telah makan malam bersama-sama dengan Umar r.a..
ia memakan roti dan daging kemudian menyapu tangannya ke tapak kakinya (untuk
menghilangkan lemak pada tangannya itu). Kemudian ia berkata ini adalah sapu
tangan Umar dan ahli keluarga Umar.”
Dalam riwayat ad Diruni dati Tsabit
katanya: Al Jarud pernah makan malam bersama Umar bin al Khaththab r.a..
Setelah selesai makan al Jarud berkata kepada budak perempuannya, “Wahai hamba
perempuan! Bawakanlah sapu tangan.”
Tetapi Umar r.a. berkata, “Sapulah
tanganmu dengan punggungmu.”
Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim di dalam
kitab Al Hilyah dari Abdul Rahman bin Abu Laila katanya: Sekumpulan orag
penduduk Iraq datang menemui Umar r.a.. Ia melihat seolah-olah mereka
makan sedikit sekali lalu berkata kepada mereka, “Jika aku mau, makanan yang
baik pun bisa disediakan untukku sebagaimana makanan yang baik itu dimasakkan
untuk kamu, akan tetapi kami telah menolak kemewahan dan kelezatan dunia untuk
memperoleh kelezatan itu di alam akhirat. Adakah kamu tidak mendengar bahwa
Allah Azza wa Jalla telah berfirman:
وَيَوْمَ يُعْرَضُ
الَّذِيْنَ كَفَرُوْاعَلَى النَّارِۗ اَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ
الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَاۚفَالْيَوْمَ
تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَاكُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِالْحَقِّ
وَبِمَاكُنْتُمْ تَفْسُقُوْنَ
“Dan
(ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka
dikatakan), ‘Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniamu
(saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu
dibalas dengan adzab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan ddiri di
muka bumi tanpa hak dan kamu telah fasik.” (Q.s. Al Ahqaaf: 20)
Dikeluarkan
juga oleh Abu Nu’aim dan Hanad dari Habib bin Abi Tsabit dari beberapa
orang sahabat Umar r.a. sesungguhnya
satu rombongan dari ahli Iraq datang menemui Umar r.a.. Diantara
mereka adalah Jarir bin Abdullah r.a..
Umar
menghidangkan kepada mereka satu mangkuk roti dan minyak zaitun. Ia berkata
kepada mereka, “Makanlah!” maka mereka pun makan dengan pelan sekali. Meihat cara
mereka makan seperti itu, Umar r.a. pun berkata kepada mereka, “Aku
telah melihat apa yang kamu lakukan. Apa yang kamu inginkan? Apakah mau yang
manis, yang pahit, yang panas atau yang dingin. Semuanya akan hancur dalam
perut.” (Muntakhab al Kanz)
Dikeluarkan
oleh Ibnu Sa’ad dan Abdul bin Hamid dari Hamid bin Hilal sesungguhnya Hafs bin
Abi al ‘As r.a. menghadapi makanan yang disediakan oleh Umar r.a.
tetapi ia tidak turut makan bersama-sama dengan Umar r.a. oleh karena
itu, Umar r.a. berkata, “Apakah yang menghalangi kamu menjamah makanan
ini?”
Hafs
berkata, “Sesungguhnya makananmu kasar dan kesat, aku akan makan sekiranya
makanan itu lembut.”
Mendengar
perkataan Hafs itu, Umar r.a. pun berkata, “Apakah kamu fikir aku tidak
mampu memerintahkan supaya seekor kambing disembelih untukmu, bulunya dicabit. Kemudian
aku memerintahkan agar tepung dikisar dan diayak lalu roti yang lembut
disediakan. Setelah itu aku memerintahkan pula agar satu sa’a buah kismis
dimasak dengan keju. Kemudian air dituangkan ke dalamnya sehingga menjadi
seolah-olah darah kijang?”
Maka
Hafs berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau tahu tentang kehidupan
yang baik.”
Umar
r.a. berkata, “Benar sekali. Demi Dia yang memegang nyawaku! Jikalau tidak
ku takutkan amalan kebaikanku berkurang timbangannya pada hari kiamat sudah
pasti aku menjalani kehidupan seperti yang kamu lalui.” (Muntakhab al Kanz)
Dikutip dari Kitab Hayatush
Shahabah Terjemehan Jilid 2 hal. 290-294, Penerbit Pustaka Ramadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar