Diriwayatkan oleh Ya’kub bin Sufyan dari Ibnu Abbas r.anhuma.
bahwa Allah swt. Telah mengutus seorang malaikat kepada Nabi saw.
bersama dengan malaikat Jibri a.s.. Malaikat itu berkata kepada
Rasulullah saw., “Sesungguhnya Allah telah mengkaruniakan engkau kuasa
untuk membuat pilihan apakah ingin menjadi seorang hamba dan Nabi atau menjadi
seorang raja dan Nabi.”
Rasulullah saw. pun menoleh kea rah malaikat Jibril seolah-olah
ingin meminta pendapat dari Jibrril a.s.. Oleh karena itu, Jibril a.s.
mengisyaratkan kepada Rasulullah saw. agar senantiasa bersikap rendah
diri. Maka Rasulullah saw. bersabda, “Bahkan aku ingin menjadi seorang
Nabi dan juga seorang hamba.”
Perawi mengatakan, sejak mengucapkan kata-kata itu, beliau
tidak lag makan hingga kenyang hingga Baginda menemui Allah Azza wa Jalla.
Beginilah yang telah diriwayatkan oleh al Bukhari dalam at Tarikh dan an
Nasaa’i. Sebagaimana dalam al Bidayah.
Di dalam riwayat ath Thabrani dengan isnad-isnad Hasan dan al
Baihaqi dari Ibnu Abbas katanya: Pada hari itu, Rasulullah saw. dan
Jibril a.s. berada di atas bukit safa. Rasulullah saw. bersabda
kepada Jibril a.s., “Ya Jibril! Demi Dia yang menghantar engkau dengan
agama yang hak, keluarga Muhammad telah berpetang-petang dalam keadaan tidak
menjamah walaupun sejemput tepung atau segenggam barli.”
Begitu baginda saw. berkata demikian, maka
terdengarlah suara guruh di langit yang menyebabkan Baginda saw. menjadi
takut. Maka Rasulullah saw. bersabda, “Apakah Allah telah memerintahkan
terjadinya hari kiamat?”
Jibril menjawab, “Tidak, akan tetapi Allah telah
memerintahkan Israil a.s. agar turun menemui engkau setelah mendengar
kata-kata itu.”
Lalu malaikat Israfil a.s. pun dating menemui
Rasulullah saw. dengan membawa segala anak kunci khazanah bumi. Ia
berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar rintihanmu itu lalu mengutuskanku
untuk menemui engkau dengan membawa kunci khazanah bumi dan memerintahkanku
agar menawarkan kepadamu untuk Dia mengubah pegunungan di Tihamah menjadi
Zamrud, yaqut, emas, dan perak, maka engkau pilih saja mana yang engkau suka.
Dan pilihlah, apakah engkau ingin menjadi seorang Nabi yang juga seorang raja
atau seorang Nabi dan juga seorang hamba?”
Malaikat Jibril a.s. mengisyaratkan kepadanya supaya
bersikap rendah diri. Maka, Rasulullah saw. pun bersabda, “Aku ingin
menjadi seorang Nabi dan seorang hamba.” Baginda saw. telah
mengulang-ulang perkataannya itu sebanyak tiga kali.
Sebagaimana dalam at Targhib. Al Haitsami mengatakan hadits
ini hanya diriwayatkan oleh ath Thabrani di dalam al Ausath.
Di dalam riwayat at Tirmidzi dan
dihasankan olehnya dari Abu Umamah dari Nabi saw. katanya, “Rabbku telah
menawarkan kepadaku untuk menjadikan padang pasir Makkah ini sebagai emas.” Aku
pun berkata, “Tidak ya Rabbku! Sebaliknya aku lebih suka untuk kenyang suatu
hari dan berlapar pada hari berikutnya.” Baginda saw. mengulangi
kata-katanya itu sebanyak tiga kali atau seperti ini, “Apabila aku lapar aku
akan berdoa kepada-Mu dan mengingat-Mu dan apabila aku kenyang aku akan
bersyukur dan memuji-Mu.” (At Targhib)
Di dalam riwayat al Askari dari Ali r.a.
katanya: Rasulullah saw. bersabda, “Seorang malaikat telah dating
kepadaku dan berkata, ‘Ya Muhammad! Sesungguhnya Rabb kamu mengirimkan salam
kepada-mu dan berfirman, “Jika kamu suka aku akan menjadikan untuk kamu semua
padang pasir Makkah ini menjadi emas.” Rasulullah saw. pun mengangkat
kepalanya ke arah langit dan berkata, “Ya Rabbku! Aku akan kenyang pada suatu
hari lalu aku memuji-Mu dan berlapar pada hari yang lain lalu aku meminta
pertolongan-Mu.” (Al Kanz)
Diriwayatkan oleh al Baihaqi dari
Ibnu Abbas r.anhuma., sesungguhnya seorang lelaki dari kalangan kaum
musyrikin telah terbunuh dalam perang al Ahzab. Lalu orang-orang musyrikin
Makkah mengirim utusan mereka untuk menemui
Rasulullah saw. dan meminta Baginda saw. mengembalikan
mayat si mayit yang terbunuh itu kepada mereka. Apabila Rasulullah saw.
mengirim mayat itu kepada mereka, maka mereka bersedia untuk membayar uang
tebusan sebanyak dua belas ribu dirham kepada Baginda saw., mendengar
tawaran yang demikian, Rasulullah saw. pun bersabda, “Tidak ada kebaikan
pada mayat dan uang tebusan yang ditawarkan itu.”
Di dalam riwayat Ahmad, Rasulullah saw.
telah bersabda, “Serahkanlah mayat itu kepada mereka karena sesungguhnya ia
adalah sekeji-keji mayat dan sekeji-keji diat (uang tebusan) dan tidaklah
diterima dari mereka barang apa pun.”
Diriwayatkan juga oleh at Tirmidzi,
katanya ia hadits gharib.
Dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah dari
‘Ikrimah sesungguhnya Naufal atau pun Ibnu Naufal terjatuh dari kudanya pada
hari perang Khandaq lalu terbunuh. Oleh karena itu, Abu Sufyan mengirim
utusannya kepada Nabi saw. agar mengembalikan mayat itu dengan tebusan seekor
unta. Tetapi Rasulullah saw. enggan menerima tebusan atas mayat Naufal
lalu bersabda, “Ambillah oleh kamu mayat itu karena sesungguhnya ia adalah
sekeji-keji tebusan dan sekeji-kejinya mayat.” (al Kanz)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari
Urwah bahwa Hakim bin Hizam r.a. telah pergi ke Yaman. Di sana ia
membeli sepasang pakaian Dzi Yazan (jenis pakaian Yaman yang biasanya oleh
raja-raja Humair). Kemudian ia kembali ke Madinah untuk menemui Rasulullah saw.
dan menghadiahkan pakaian itu kepada Baginda saw. (ketika itu Hakim belum memeluk agama Islam).
Tetapi Rasulullah saw. enggan
menerima hadiah itu dengan berkata, “Aku tidak menerima hadiah dari seorang
musyrik.” Maka Hakim pun menjual pakaian itu. Rasulullah saw.
memerintahkan supaya pakaian itu dibeli bagi pihaknya. Kemudian Rasulullah saw.
memakai pakaian itu dan memasuki masjid. Hakim berkata, “Aku tidak pernah
melihat seorang pun yang lebih tampan dari Rasulullah saw. apabila
berpakaian seperti itu. Seolah-olah baginda saw. adalah bulan pada malam
purnama. Maka demikian, aku tidak dapat menahan perasaanku dan bersyair:
Apakah yang ditunggu-tunggu lagi oleh pemerintah dari
menjalankan perintahnya
Takkala muncul seorang yang mempunyai dahi, tangan dan kaki
yang bersinar-sinar
Apabila dilihat padanya maka terlihat kehebatan seolah-olah
beliau adalah mutiara berkilauan apabila disimbah oleh air.
Maka Rasulullah saw. pun
tersenyum. Sebagaimana dalam al Kanz. Dikeluarkan juga ole hath Thabrani
dari Hakim bin Hizam seperti itu. Sebagaimana dalam al Majma’.
Dalam riwayat al Hakim dari Hakim bin
Hizam katanya: Muhammad, Nabi saw. adalah seorang yang paling aku cintai
walaupun pada zaman Jahiliyah.” Ketika beliau menjadi Nabi dan pergi ke Madinah
waktu hijrah, Hakim bin Hizam turut pergi pada musim haji.
Pada suatu ketika sepasang pakaian
Dzi Yazan sedang dijual dengan gengan harga lima puluh dirham. Hakim pun
membeli pakaian itu untuk dihadiahkan kepada Rasulullah saw. kemudian,
beliau pun datang menemui Rasulullah saw. dengan membawa pakaian itu.
Tetapi Rasulullah saw. enggan untuk menerima pemberian hadiah itu. Kata
Abdullah (perawi): “Rasanya aku mendengar Baginda saw. telah bersabda,
“Sesungguhnya kami tidak menerima dari kaum musyrikin barang apa pun akan
tetapi jika kamu mau, kami akan membelinya dengan harga tertentu.”
(Kata Hakim) Aku pun menjualnya,
sehingga pada suatu waktu, aku sampai di Madinah. Rasulullah saw. telah
memakai pakaian itu ketika beliau berdiri di atas mimbar. Aku tidak pernah
melihat sesuatu yang lebih gagah dari Baginda saw. dalam pakaian seperti
itu.” Kemudian Rasulullah saw. memberikan pakaian itu kepada Usamah bin
Zaid r.a. Ketika Hakim melihat pakaian itu dipakai oleh Usamah ia pun
berkata kepadanya, “Ya Usamah! Engkau memakai pakaian Dzi Yazan?” Usamah
menjawab, “Ya. Aku lebih baik dari Dzi Yazan ini. Bapakku juga lebih baik dari
bapaknya Dzi Yazan dan ibuku adalah lebih baik dari ibunya Dzi Yazan ini.” Maka
aku pun pindah ke Makkah dan aku takjub dengan kata-kata yang telah ditumpahkan
oleh Usamah r.a. itu.”
Kata al Hakim ini adalah hadits yang
mempunyai sanad yang shahih. Az Zahbi
berkata bahwa ini hadits shahih.
Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari
Abdullah bin Buraidah r.a. katanya: Bapak saudara Amir bin Tufail Al
‘Amiri telah menceritakan kepadaku bahwa
Amir bin Tufail pernah menghadiahkan seekor kuda kepada Rasulullah saw.
dan meminta agar Baginda saw. mengirim sejenis obat karena ia mengidap
penyakit pada tekaknya. Rasulullah saw. enggan menerima pemberian kuda
itu karena Amir belum memeluk Islam. Kemudian Rasulullah saw.
menghadiahkan kepada Amir sebotol madu dan meminta ia agar berobat dengannya.”
Dari riwayat Ibnu Asakir juga dari
Ka’ab bin Malik r.a. katanya Mala’ib as Sinnah datang menemui Rasulullah
saw. dengan membawa satu hadiah untuk diserahkan kepada Baginda saw..
Rasulullah saw. telah mendakwahkannya agar memeluk Islam, tetapi ia
enggan, lalu Nabi saw. bersabda, “Maka sesungguhnya aku tidak menerima
hadiah dari seorang musyrik.” (al Kanz)
Diriwayatkan oleh Abu Daud, at Tirmidzi
dan dishahihkan oleh at Tirmidzi, Ibnu Jarir dan al Baihaqi dari ‘Iyad bin
Hamar al Majasyi’i r.a. sesungguhnya ia telah menghadiahkan Rasulullah saw.
seekor unta betina. Rasulullah saw. bertanya kepadanya, “Apakah kamu
telah memeluk Islam?” ‘Iyad berkata, “Tidak.” Rasulullah saw. pun
bersabda, “Sesungguhnya aku dilarang untuk menerima hadiah dari orang-orang
musyrikin.” (Al Kanz)
Dikutip dari
Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 2 hal. 249-252, Penerbit Pustaka
Ramadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar