Rasulullah saw.
brangkat dari Makkah pada malam hari bersama Abu Bakar r.a. ke arah Gua
Tsaur. Itulah gua yang dinyatakan oleh Allah swt. Dalam al Qur’an.
Sepeninggalan
Rasulullah saw. pada malam itu Ali bin Abi Thalib r.a. tidur di
tempat yang biasa ditiduri oleh Rasulullah saw. untuk mengelabui
mata-mata suku Quraisy. Mereka tidak mengetahui bahwa yang tidur di tempat itu
adalah Ali, bukan Rasulullah saw.
Orang-orang
Quraisy menunggu-nunggu di luar rumah itu dengan berunding sepanjang malam
untuk menyergap Rasulullah saw. dan mengikatnya. Sedangkan mereka tidak
mengetahui bahwa Rasulullah saw. telah meninggalkan rumah itu dan yang
tidur di tempatnya adah ali r.a.. itu saja yang dibicarakan di antara
mereka pada malam itu.
Ketika Ali r.a.
bangun dari tidurnya keesokkan harinya, mereka menanyakan keadaan Rasulullah,
dan Ali r.a. mengatakan bahwa ia
tidak mengetahui di mana Rasulullah saw. berada.
Akhirnya
mereka menyadari bahwa Rasulullah saw. telah pergi meninggalkan Makkah. Kemudian
mereka berkendaraan untuk mencari beliau ke seluruh tempat. Mereka mengirim
utusan kepada orang-orang yang tinggal di sekitar mata air untuk melapor bila
melihat keduanya dan memberi mereka upah yang sangat besar untuk itu.
Mereka terus
mencari Rasulullah saw. hingga beberapa orang dari mereka telah sampai
di gua Tsaur di tempat persembunyian Rasulullah saw. dan Abu Bakar r.a..
Mereka menghampiri
mulut gua itu dan berdiri di atasnya. Rasulullah saw. mendengar
kedatangan mereka. Ketika itu Abu Bakar r.a.
merasa takut dan mencemaskan keselamatan Rasulullah saw.. Maka
Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Bakar r.a., “Janganlah kamu
cemas.” Sebagaimana diterangkan dalam al Qur’an:
لَاتَحْزَنْ
اِنَّ اللهَ مَعَنَا...…
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya
Allah berserta kita.” (Qs. At Taubah: 40)
Rasulullah saw. berdo’a, kemudian Allah swt.
Menurunkan sakinah (ketenangan ke dalam hatinya), sebagaimana firman-Nya:
اِلَّاتَنْصُرُوْهُ
فَقَدْنَصَرَهُ اللهُ اِذْاَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْهُمَا
فِى الْغَارِاِذْيَقُوْلُ لِصَاحِبِهٰ لَاتَحْزَنْ اِنَّ اللهَ مَعَنَاۚ
فَاَنْزَلَ اللهُ سَكِيْنَتَهُ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهُ
بِجُنُوْدٍ لَمْ تَرَوْهَاوَجَعَلَ كَلِمَةَ
الَّذَِيْنَ كَفَرُوْاالسُّفْلٰىۗ
وَكَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا
ۗ وَاللهُ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ
“Jika
kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu)
ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah); sedang dia salah seorang
dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada
sahabatnya (Abu Bakar), “Janganlah engkau bersedih, sesunguhnya Allah bersama
kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu
dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia
menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang
tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. At Taubah: 40)
Ketika itu Abu Bakar r.a. mempunyai beberapa
ekor kambing perahan yang ada di rumah keluarganya di Makkah. Mak Abu Bakar
menyerahkan pemeliharaan kambing-kambing itu kepada Amir bin Fuhairah, bekas
budak Abu Bakar r.a., seorang terpecaya dan amanah, yang baik Islamnya.
Lalu dia mengupah seorang laki-laki dari Bani Abd bin Adi yang bernama Ibnu al
Uraiqith, ia adalah sekutu suku Quraisy di tengah Bani Sahm, dari Bani al Ash
bin Wa’il. Pada hari itu ia masih musyrik, gelarnya adalah al Adawi dan ia
bertugas menunjukkan jalan. Pada malam-malam itu ia bersembunyi di belakang
kami.
Amir bin Fuhairah sendiri datang kepada keduanya dari
padang gembalaan dengan menggiring kambing-kambing setiap malam, sehingga
keduanya bisa memerah susunya dan menyembelih sebagiannya. Pagi-pagi ia
berangkat merumput dan berkumpul bersama gembala-gembala lainnya, dan
perbuatannya itu tidak diketahui.
Putra Abu Bakar yang bernama Abdullah bin Abu Bakar
selalu mendengarkan perbincangan orang-orang Quraisy mengenai keputusan atau
tindakan yang akan dilakukan terhadap Rasulullah saw. dan Abu Bakar r.a..
kemudian berita itu akan disampaikan kepada keduanya pada malam harinya.
Apabila Abdullah kembali dari gua itu, Amir datang
dengan kambing-kambing itu untuk menghapuskan jejak-jejak kaki Abdullah, agar
tidak diketahui kedatangannya oleh orang-orang Quraisy.
Pagi harinya Amir kembali mengembalakan kambingnya
sehingga tidak ada yang mengetahui apa yang dilakukannya pada malam hari.
Sampai ketika suara-suara yang membicarakan beliau
telah menjadi reda dan ia mendatangi keduanya pada saat suara-suara itu telah
diam, maka keduanya datang kepada Amir dengan menaiki unta. Sementara itu,
Rasulullah saw. dan Abu Bakar r.a. telah bersembunyi di gua itu
selama dua hari dua malam. Kemudian Rasulullah saw. dan Abu Bakar r.a.
keluar untuk meneruskan perjalanan ke Madinah dengan ditemani oleh Amir bin
Fuhairah. Ia menuntun unta keduanya, melayani keduanya, dan membantu keduanya.
Abu Bakar yang memboncengkannya di belakang dan bergantian memboncengkannya di
atas kendaraannya. Tiada orang lagi bersama Abu Bakar selain Amir bin Fuhairah
dan saudara Bani Adi (Abdullah bin al Uraiqith) yang menunjukkan jalan untuk
mereka.
Al
Haitsami mengatakan (juz 6, hal. 52) bahwa sanadnya terdapat Ibnu Lahiah,
mengenai dirinya terdapat pembicaraan, sedang haditsnya adalah hasan.
Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 1 hal. 431-433, Penerbit Pustaka Ramadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar