Pages

Jumat, 13 September 2013

Beberapa Kisah Para Sahabat Perihal Meminta Izin

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dikeluarkan oleh al Baihaqi dari Amir bin Abdullah bahwa hamba perempuannya pergi menemui Umar al Khaththab r.a. bersama dengan anak perempuan az Zubair. Ia berkata, “Bolehkah saya masuk?”

Umar r.a. berkata, “Tidak.”

Hamba perempuan itu pun pulang setelah mendengar jawaban Umar.

Kemudian Umar r.a. kepada hambanya, “Panggillah hambap perempuan itu dan katakan kepadanya agar mengucapkan, ‘Assalamu’alayka! Bolehkah saya masuk?” (al Kanz)

Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dari Aslam, katanya: Umar r.a. berkata kepadaku, “Jangan izinkan orang menemuiku dan jangan mengambil apa-apa dari mereka.”
Pada suatu hari, ia melihatku memakai sehelai pakaian baru, lalu ia bertanya kepadaku, “Dari mana kamu peroleh baju itu?”

Aku menjawab, “Ubaidullah bin Umar telah menghadiahkannya kepadaku.”

Umar pun berkata, “Jika diberi oleh Ubaidullah, maka terimalah tetapi jika diberi oleh orang selain darinya, jangan kamu terima.”

Aslam berkata: “Az Zubair datang dan aku berdiri di pintu. Ia telah meminta izin unuk masuk. Aku pun berkata kepadanya, “Amirul mukminin sedang sibuk sekarang.”

Ia pun mengangkat tangannya lalu memukul belakang telingaku satu kali sehingga aku menjerit kesakitan. Aku pun masuk menemui Umar, lalu Umar bertanya kepadaku, “Apa yang telah terjadi padamu?”

Aku menjawab, “Az Zubair  memukulku.” Lalu aku menerangkan kepadanya mengenai yang telah terjadi di antara aku dan Az Zubair.

Umar r.a. berkata, “Demi Allah! Aku akan menemuinya.”

Umar kemudian menyuruhku memanggil az Zubair agar bertemu dengannya. Az Zubair pun masuk, lalu Umar r.a. bertanya, “Mengapa kamu memukul hamba ini?”

Az Zubair berkata, “Ia telah menghalangiku untuk bertemu denganmu.”

Maka Umar r.a. pun berkata, “Benarkah ia berkata kepadamu, ‘Bersabarlah sebentar karena Amirul mukminin sedang sibuk?’. Mengapa kamu tidak menerima alas an yang ia katakan? Demi Allah! Sesungguhnya apabila binatang liar diciderai oleh binatang liar, maka ia akan dimakan oleh binatang liar itu.” Maksudnya, apabila kamu (sahabat nabi yang unggul) turut memukul hamba ini, maka orang awam akan merasa berani untuk memukulnya, menghina dan menyakitinya. Karena perbuatan orang khusus biasanya diikuti oleh orang umum. (al Kanz)

Dikeluarkan oleh al Bukhari dalam al Adab al Mufrid dari Zaid bin Tsabit bahwa Umar bin Khaththab r.a. datang menemuinya pada suatu hari. Umar r.a. meminta izin untuk menemuinya, lalu ia mengizinkannya. Ketika itu tangan hamba perempuannya berada di atas kepala Zaid, sedang menyisir rambut Zaid.

Umar berkata, “Biarkanlah hamba perempuan itu menyisir rambutmu.”

Zaid berkata, “Ya Amirul mukminin! Jika saja engkau mengutus seseorang untuk memanggilku, niscaya aku akan datang menemuimu.”

Umar r.a. berkata, “Sesungguhnya aku berhajat untuk bertemu denganmu (karena itu akulah yang harus mendatangimu).”

Dikeluarkan oleh ath Thabrani dari seorang lelaki. Lelaki itu berkata, “Kami telah meminta izin dari Abdullah bin Mas’ud r.a. untuk masuk menemuinya setelah shalat shubuh, lalu ia mengizinkan kami menemuinya. Ia pun meletakan sehelai kain pada istrinya seraya berkata kepadanya, “Aku tidak suka membuatmu menunggu-nunggu.”

Dari Abu Musa bin Thalhah r.a., katanya: Aku masuk menemui ibuku bersama dengan bapakku. Ketika ia masuk ke dalam, aku pun turut mengikutinya. Ia menahanku dengan tangannya di dadaku lalu mendudukan aku di atas punggungnya. Kemudian ia berkata, “Apakah engkau ingin masuk tanpa izinku?”

Sanadnya Shahih oleh al Hafizh dalam al Fath

Dikeluarkan juga oleh al Bukhari dari Muslim bin Nazir, katanya: Seorang lelaki masuk menemui Huzaifah r.a.. lelaki itu berkata, “Bolehkah aku masuk?”

Huzaifah berkata, “Sesungguhnya matamu telah masuk, sebelum punggungmu masuk?”

Lelaki itu berkata, “Apakah aku juga harus meminta izin dari ibuku apabila aku ingin masuk menemuinya?”

Huzaifah berkata, “Sekiranya kamu tidak meminta izin untuk masuk, mungkin akan terpandang olehmu sesuatu yang tidak menggembirakan kamu.”

Dikeluarkan oleh Ahmad dari Abu Sawid al Abdi, katanya: Kami datang menemui Ibnu Umar lalu duduk di muka pintu rumahnya agar kami diizinkan masuk. Namun izin itu belum aku peroleh juga, Aku pun mengintainya melalui lubang pintu itu. Maka terpandang olehku yang ada di dalamnya.

Ibnu Umar sedang berkeliling ketika aku sedang mengintip itu. Ketika ia mengizinkan kami masuk, maka kami pun masuk dan duduk di dalamnya.

Ibnu Umar berkata, “Siapakah di antara kalian yang barusan mengintip?”

Aku menjawab, “Aku.”

Ibnu Umar berkata lagi, “Apa yang menghalalkan kamu untuk mengintip rumahku?”

Aku berkata, “Kami terlalu lama mendapatkan izin masuk, lalu aku mengintip dari lubang pintu itu secara tak sengaja.”

Ibnu Umar telah bertanya mengenai berbagai hal. Aku berkata, “Ya ayahnya Abdur Rahman! Apakah pendapatmu mengenai Jihad?”

Ibnu Umar, menjawab, “Barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya ia berjihad untuk dirinya sendiri.”

Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 2 hal. 562-564, Penerbit Pustaka Ramadhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar