Ibnu Abdil
Barr dalam Jami’ Ilmu (2/134) mengeluarkan hadits dari Ibnu Shihab r.a.,
bahwa sesungguhnya Umar bin Khaththab r.a. berkata dan ia berada di atas
mimbar, “Hai sekalian Manusia! Sesungguhnya pemikiran itu hanya dari Rasulullah
saw. karena sesungguhnya Allah-lah yang memberikan pemikiran itu
kepadanya, adapun pemikiran yang dari kami itu adalah prasangka dan bersusah
payah dalam berprasangka.”
Menurutnya
lagi (2/135) dari Sgadaqah bin Abi Abdillah dahwa Umar bin Khaththab r.a.
berkata, “Sesungguhnya orang yang mempunyai pemikiran sendiri adalah
musuh-musuh sunnah. Yang melemahkan mereka dalam menjaga sunnah dan melepaskan pemeliharaan
dari mereka dan merasa malu jika mengatakan ‘kami tidak tahu’ ketika ditanya,
maka mereka berpaling dari sunnah kepada pemikiran mereka sendiri. Takutlah
kalian dan takutlah kepada mereka.”
Dan
menurutnya juga (2/136) dari Umar r.a., ia berkata, “Sunnah adalah
perkara yang telah disunnahkan Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian
menjadikan kesalahan pemikiran sebagai sunnah untuk umat.”
Ibnu Abi Hatim dan Baihaqi mengeluarkan hadits
yang pertama dari Umar seperti yang tadi. Al Kanz (5/241)
Dan ia
menambahkan: “Dan sesungguhnya dugaan itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap
kebenaran.” (Qs. An Najm: 28)
Ibnu Mundzir
mengeluarkan dari Amr bin Dinar bahwa sesungguhnya seseorang bertanya kepada
Umar, “Hukumilah dengan pemikiran yang telah Allah berikan kepadamu.”
“Cukup!”
jawab Umar. “Karena sesungguhnya ini adalah khusus untuk Nabi saw.”
Thabrani
mengeluarkan Hadits dari Sya’bi r.a., ia berkata: Ibnu Mas’ud r.a.
berkata, “Takutlah kalian dengan pemikiran sendiri. Karena hancurnya orang sebelum
kalian adalah dengan pemikirannya sendiri. Janganlah kalian mengkiaskan sesuatu
dengan sesuatu yang lain, maka telapak kakimu akan tergelincir setelah
tetapnya. Dan apabila salah satu dari
kalian ditanya tentang sesuatu yang tidak ddiketahui hendaknya katakan, ‘Allahu
A’lam!’ Karena Sesungguhnya itu adalah sepertiganya ilmu.”
Al Haitsami (1/180) berkata bahwa Sya’bi tidak
pernah mendengar langsung dari Ibnu Mas’ud r.a. dan di dalamnya terdapat
Jabir al Ju’fi dan ia adalah dha’if.
Thabrani
mengeluarkan Hadits dalam al Kabir dari Ibnu Mas’ud r.a., ia
berkata, “Tidaklah suatu tahun kecuali sesudahnya lebih buruk dari tahun
sebelumnya dan tidak lebih baik dari tahun sebelumnya dan tidak ada umat yang
lebih baik dari umat sebelumnya, selain kematian Ulama dan orang-orang pilihan
di antara kalian, sehingga suatu kaum akan mengkiaskan suatu perkara dengan
pemikiran mereka sehingga hancur dan terpecahlah Islam.”
Al Haitsami (1/180) berkata bahwa di dalamnya
terdapat Mujahid bin Sa’id dan ia telah ikut berbaur.
Ibnu
Abdil Barr dalam Jami’ Ilmi (2/136) mengeluarkan hadits dari Ibnu Abbas r.a.
behwa ia berkata, “Pastikan itu adalah Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.
Barangsiapa yang berkata setelah itu dengan pendapatnya sendiri, maka aku tidak
tahu apakah ia dalam kebaikan atau dalam keburukan.”
Ibnu
Abdil Barr dalam Jami’ Ilmi (2/33) mengeluarkan hadits dari Atha’ dari
Ayahnya, ia berkata, “Sebagian sahabat Nabi ditanya tentang sesuatu maka ia
menjawab, “Sesungguhnya aku malu kepada Rabbku untuk mengatakan tentang masalah
umat Muhammad saw. dengan pendapatku sendiri.”
Dikutip dari
Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 3 hal. 340-341, Penerbit Pustaka
Ramadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar