Pages

Minggu, 28 April 2013

Ridha dangan Ketentuan Allah


Umar r.a. berkata, “Saya tidak peduli bagaimana keadaan saya pada pagi hari, apakah saya berada dalam keadaan yang saya sukai ataukah dalam keadaan yang tidak saya sukai. Sebab saya tidak tahu apakah ada kebaikan dalam apa yang saya sukai. Sebab saya tidak tahu apakah ada kebaikan dalam apa yang saya sukai atau dalam apa yang tidak saya sukai.”

Hasan r.a. menceritakan: Ali r.a. dibri tahu bahwa Abu Dzar Ghifari r.a. berkata, “Saya lebih menyukai kefakiran daripada kekayaan dan saya lebih suka sakit daripada sehat.”

Mendengar ini Ali r.a. berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Dzar. Tapi saya berkata bahwa siapa yang tetap ridha kepada kebaikan yang Allah tentukan dan tidak akan menginginkan selain apa yang ditentukan Allah untuknya merupakan makna dari ridha kepada ketentuan Allah.”

Ali r.a. berkata, “Siapa yang merasa ridha dengan apa yang ditentukan oleh Allah, akan mendapatkan pahala; ketentuan Allah pasti akan terjadi. Sebaliknya,  siapa yang tidak ridha dengan ketentuan Allah, maka ketentuan Allah tetap akan berlaku dan dia tidak akan mendapatkan apa-apa atas perbuatannya.”

Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata bahwa tidak akan mendapatkan apa-apa pada hari Kiamat orang yang tidak mempunyai keinginan makan (di dunia) untuk sekadar bisa hidup.  Lebih lanjut dia berkata bahwa tidak apa-apa orang yang melewati waktu paginya atau sorenya dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadanya (di dunia ini). Namun nafsu manusia selalu serakah, ingin mempunyai itu dan ini. Lebih baik meletakkan bara api ke dalam mulut sendiri bagi orang yang berkata tentang ketentuan Allah: seandainya begini, maka tidak akan begitu.

Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 2 hal. 666-667, Penerbit Pustaka Ramadhan

Sabtu, 27 April 2013

Dorongan Nabi saw. Untuk Menafkahkan Harta



Dikeluarkan oleh Muslim dan an Nasaa’I serta yang lainnya dari Jarir r.a. katanya: Kami sedang bersama-sama dengan Rasulullah saw. pada dini hari, tiba-tiba datanglah sekumpulan orang yang tidak berpakaian dengan sempurna, telanjang kaki, pakaian mereka dari kain kapas yang berjalur-jalur dan menyelendang pedang. Hampir seluruhnya adalah dari Bani Mudhar. Melihat kefakiran mereka itu, wajah Rasulullah saw. berubah, kemudian baginda saw. masuk ke dalam rumahnya dan memerintahkan Bilal r.a. agar mengumandangkan adzan dan setelah mengerjakan shalat, baginda saw. pun bangun memberi khhuttbah. Baginda saw. membaca ayat berikut ini:


يَآاَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوْارَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍوَّخَلَقَ مِنْهَازَوْجَهَاوَبَثَّ مِنْهُمَارِجَالًاكَثِيْرًوَّنِسَآءًۚ وَاتَّقُوااللهَ الَّذِي تَسَآءَلُوْنَ بِهٰ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبَا
Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari yang satu (Adam), dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Q.s. an Nisaa: 1)

Rasulullah saw. juga membaca ayat berikut ini:

يَآاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْااتَّقُوْااللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوااللهَۗ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَاتَعْمَلُوْنَ
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
            (Q.s. al Hasyr: 18)

Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Hendaklah seseorang itu menafkahkan uang dinar dan dirhamnya, pakaian, secupak gandum atau pun buah kurma walaupun hanya sepotong buah kurma.”

Maka datanglah seorang lelaki Anshar dengan membawa kantung yang sarat gengan isinya sehingga hampir menarik telapak tangannya akibat beratnya kantung itu. Kemudian datanglah orang seorang demi seorang sehingga aku telah melihat gundukan yang terdiri dari makanan dan pakaian. Aku melihat wajah Rasulullah saw. bercahaya seperti cahaya benda yang dicelupkan dangan emas.

Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengadakaan perbaikan dalam Islam maka dia akan memperoleh ganjarannya dan ganjaran orang yang beramal dengannya setelahnya tanpa mengurangi sedikit pun ganjaran mereka. Barangsiapa yang mengadakan kejahatan dalam Islam, ia akan memperoleh dosanya dan dosa orang yang ikut beramal dengannya tanpaa mengurangkan walaupun sedikit dari dosa-dosa mereka.”

Sebagaimana dalam at Targhib. Telah berlalu hadits tentang dorongan Nabi saw. untuk mengorbankan harta di jalan Allah swt..

Dikeluarkan oleh al Hakim dan dishahihkan dari Jabir r.a. katanya: Bani Amru bin Auf datang menemui Rasulullah saw. pada hari Rabu, maka  dinyatakan hadits, bahwa Rasulullah saw. bersabda (kepada mereka), “Wahai orang-orang Anshar!”

Mereka menjawab, “Labbaik, ya Rasulullah!”

Baginda saw. pun meneruskan kata-katanya, “Semasa Jahiliyah, ketika kamu tidak menyembah Allah, kamu sering memberi makan janda-janda, menggunakan harta bendamu dengan cara yang makruf dan membantu orang-orang yang mengalami kesusahan dalam perjalanan. Lalu Allah swt. Mengaruniakan kamu agama Islam dan Nabi-Nya, namun kamu mulai berlaku kikir dengan harta bendamu dengan membangun tembok-tembok di kebun-kebun kamu. Padahal, apa saja yang dimakan oleh Bani Adam, binatang buas dan burung, semuanya mendatangkan ganjaran jika itu datang dari harta bendamu.”

Mereka pun pulang ke tempat masing-masing, tiada seorang pun dari mereka yang telah membangun tiga puluh pintu masuk ke kebun mereka yang tidak memusnakan pintu-pintu itu supaya orang-orang mudah datang ke kebun-kebun mereka. (At Targhib)

Dikeluarkan oleh Ibnu Asakir dari Anas r.a. katanya: Inilah khutbah yang paling awal dilakukan oleh Rasulullah saw.. Rasulullah saw. menaiki mimbar, memuji Allah swt. Kemudian berkata, “Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah memilih Islam sebagai agamamu. Oleh karena itu hendaklah kamu menjalin hubungan yang baik di antara sesama pemuluk Islam dengan bersikap pemurah dan berakhlak baik. Ketahuilah! Sesungguhnya sifat pemurah itu adalah sebatang pohon di dalam taman dan ranting-rantingnya berjuntai ke dunia. Maka barangsiapa di antara kamu bersikap pemurah, ia akan senantiasa bergelayut kepada ranting itu hingga Allah memasukkannya ke dalam Jannah. Ketahuiah! Sesunguhnya sifat kikir itu adalah sebatang pohon di dalam neraka dan ranting-rantingnya berjuntai ke dunia, maka barangsiapa yang kikir, ia senantiasa bergelayut kepada ranting-ranting itu hingga Allah memasukkannya ke dalam neraka. (Rasulullah saw. berkata demikian sebanyak dua kali). Berlaku pemurahlah semata-mata karena Allah, berlaku  pemurahlah semata-mata karena Allah.” (Kanzul Ummal)

Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 2 hal. 140-141, Penerbit Pustaka Ramadhan