بسم الله الرحمن
الرحيم
Diriwayatkan
oleh al Waqidi dan Ibnu Asakir, dari Abdullah bin az Zubair r.huma.,
katanya: Pada hari penaklukan Makkah, Ummu Hakim binti al Harits bin Hisyam,
istri ‘Ikrimah bin Abu Jahal telah memeluk Islam. Kemudian Ummu Hakim berkata
kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, ‘Ikrimah telah melarikan diri
darimu ke Yaman. Dia takut engkau akan membunuhnya, maka berilah jaminan
keamanan kepadanya.”
Maka
Rasulullah saw. bersabda, “Ia aman.”
Maka Ummu
Hakim pun berangkat mencari ‘Ikrimah disertai hamba lelakinya yang bangsa
Rumawi. Hambanya itu mencoba mencabuli kehormatan Ummu Hakim dan keadaannya
sendiri memang membuat hamba itu menginginkannya. Sesampainya mereka di salah
satu baki Akk, Ummu Hakim meminta tolong mereka agar mencegah perilaku hambanya
itu. Lalu mereka menangkap hamba itu dan mengikatnya.
Sementara itu
‘Ikrimah telah sampai ke kawasan pesisir di Tihamah, lalu ia menaiki kapal.
Namun si nahkoda kapal terus berkata, “Sucikanlah dirimu.”
‘Ikrimah
bertanya, “Apa yang harus aku ucapkan (untuk menyucikan diriku)?”
Jawab pemilik
sampan itu, “Ucapkanlah laa ilaaha illallaah.”
Kata
‘Ikrimah, “Tidak ada yang menyebabkan aku melarikan diri melainkan dari kalimat
ini (kalimat syahadat).”
Dalam keadaan
demikian, datanglah Ummu Hakim melambai-lambaikan ujung bajunya kepada
‘Ikrimah, seraya berkata, “Wahai putera paman! Aku telah datang kepadamu dari
sisi orang yang paling banyak menyambung silaturahmi, sebaik-baik manusia, dan
semulia-mulia manusia (Muhammad saw.). Janganlah kau binasakan dirimu
sendiri.”
Maka ‘Ikrimah
berhenti sehingga Ummu Hakim dapat mendekatinya dan berkata, “Sesungguhnya aku
telah meminta jaminan keselamatan untukmu dari Rasulullah saw..”
‘Ikrimah
bertanya, “Engkau telah melakukannya?”
Jawab Ummu
Hakim, “Ya, aku telah berbicara dengan Rasulullah saw. dan memohon agar
engkau diberi jaminan keselamatan, lalu beliau memberi jaminan itu untukmu.”
Maka ‘Ikrimah
pun pulang bersama Ummu Hakim, istrinya. Dalam perjalanan Ummu Hakim berkata
kepadanya, “Aku telah diganggu oleh hamba laki-laki Rumawi milikmu itu!”
Ummu Hakim
lalu menceritakan pengalamannya itu. Maka ‘Ikrimah kemudian membunuh hamba
sahaya itu, sedangkan ketika itu ‘Ikrimah belum memeluk Islam.
Ketika
keduanya semakin dekat ke Makkah, Rasulullah saw. bersabda kepada para
sahabatnya, “Ikrimah bin Abu Jahal akan datang
kepada kalian sebagai orang yang beriman dan berhijrah, maka jangan
mencaci bapaknya karena sesungguhnya cacian terhadap mayat menyakiti orang yang
masih hidup dan cacian itu sama sekali tidak sampai kepada si mati.”
‘Ikrimah
ingin menggauli istrinya, Ummu Hakim yang telah memeluk Islam, tetapi istrinya
menolak keinginannya itu. Istrinya berkata, “Sesungguhnya engkau masih kafir,
sedangkan aku adalah muslimah.”
Kata
‘Ikrimah, “Sesungguhnya perkara (agama) yang menghalangimu untuk kusetubuhi itu
sangatlah besar.”
Ketika
Rasulullah saw. melihat kedatangan ‘Ikrimah, beliau segera melompat ke
arahnya dan saat itu tidak ada pada pundak nabi sehelai kain selembar pun (yang
biasanya diletakkan di atas bahunya), karena kegembiaraan yang amat sangat
dengan kedatangan ‘Ikrimah. Kemudian Rasulullah saw. duduk dan ‘Ikrimah
berdiri di hadapannya disertai istrinya yang menutup mukanya dengan jilbab.
‘Ikrimah r.a.
berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya istriku telah memberitahuku bahwa
engkau telah memberikan jaminan keselamatan untukku.”
Jawab
Rasulullah saw., “Benarlah apa yang dikatakan istrimu itu, sesungguhnya
sekarang engkau dalam keadaan aman.”
Kata ‘Ikrimah
lagi. “Kepada apakah engkau menyeru, wahai Muhammad?”
Jawab
Rasulullah saw., “Aku menyeru engkau untuk bersaksi bahwa tidak ada
tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku adalah pesuruh Allah, mendirikan
shalat, mengeluarkan zakat, dan engkau melakukan ini dan itu…” Rasulullah saw.
menyebutkan satu persatu pokok-pokok agama Islam.
Maka ‘Ikrimah
pun berkata, “Demi Allah, apa yang engkau seru adalah kebaikan dan kepada
urusan yang indah lagi baik sekali. Demi Allah, sesungguhnya sebelum engkau
menyeru kepada kami apa yang engkau serukan (agama Islam), adalah orang yang
paling terpercaya penuturannya dan orang yang paling baik di antara kita.”
Kesaksian
‘Ikrimah itu sangat menyenangkan hati Rasulullah saw., kemudian ‘Ikrimah
berkata, Ya Rasulullah, ajarilah aku suatu kebaikan yang patut aku ucapkan.”
Rasulullah saw.
bersabda, “Katakanlah olehmu: Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan
selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan pesuruh-Nya.”
‘Ikrimah pun
berkata, “Kemudian apa lagi?”
Sabda
Rasulullah saw., “Katakanlah, aku mengambil Allah sebagai saksi dan aku
bersaksi di hadapan orang-orang yang hadir, bahwa aku adalah seorang Islam yang
berjihad dan berhijrah.”
Maka ‘Ikrimah
pun berkata sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw. itu.
Rasulullah saw.
bersabda kepada ‘Ikrimah, “Tidaklah engkau meminta sesuatu yang sanggup aku
berikan kepada seseorang, melainkan pasti aku berikan kepadamu.”
‘Ikrimah
berkata, “Sesungguhnya aku meminta engkau agar memohonkan ampun bagiku atas
setiap permusuhanku terhadapmu, atas setiap perjalanan yang kupacu untaku
dengan kencang untuk memusuhimu atau di mana pun aku menemui untuk menyakitimu,
juga atas setiap ucapan yang aku keluarkan dari mulutku di hadapanmu atau pun
di belakangmu.”
Karena itu
Rasulullah saw. berdo’a, “Ya Allah, ampunilah ia atas setiap permusuhan
yang ia lakukan terhadapku, dansetiap perjalanan yang ia lakukan menuju satu
tempat yang dengan perjalanan itu ia ingin memadamkan cahaya-Mu. Ampunilah
celaannya terhadap kehormatanku, baik di hadapanku maupun di saat aku tidak
ada.”
‘Ikrimah
berkata, “Aku telah ridha, wahai Rasulullah,” kemudian ‘Ikrimah melanjutkan,
“Demi Allah, wahai Rasulullah, aku akan mengorbankan hartaku di jalan Allah,
dua kali lebih banyak dari apa yang telah aku korbankan dalam usaha untuk
menghalangimu di jalan Allah sebelum ini. Begitu pula aku akan berperang di
jalan Allah dua kali lebih banyak dari peperangan yang telah aku lakukan dalam
usaha untuk menghalangi di jalan Allah.”
Kemudian
‘Ikrimah pun terus berjihad di jalan Allah hingga ia mati syahid – dengan
demikian, Rasulullah saw. mengembalikan Istrinya kepadanya dengan akad
nikah yang pertama.
Al Waqidi
meriwayatkan banyak hal dari rawinya.
Suhail bin
Amr berkata pada saat perang Hunain, “Muhammad dan sahabatnya tidak akan bisa memperbaiki
apa yang telah hilang dari mereka dan tidak akan pernah bisa mendapatkannya
lagi.”
‘Ikrimah
berkata kepadanya, “Ini bukanlah satu ucapan yang tepat. Dan sedikit pun urusan
itu bukan menjadi hak Muhammad, Jika ia dikalahkan pada hari ini, maka besok,
ia pun juga akan memiliki kesudahan sendiri.”
Suhail
berkata, “Demi Allah! Sesungguhnya zaman di mana kamu menyelisihi Muhammad baru
saja kamu tinggalkan.”
Kata
‘Ikrimah, “Hai Abu Yazid, demi Allah, sesungguhnya kita telah memacu kuda kita
untuk tujuan yang sia-sia. Sedang akal kita adalah akal kita sendiri. Kita dulu
selalu menyembah batu yang tidak dapat memberi manfaat maupun mudharat.”
Seperti yang
dituliskan dalam Kanzul Ummal (7/75).
Diriwayatkan
oleh al Hakim (3/24) dari Hadits Abdullah bin Zubair r.huma., tetapi ia
telah meringkasnya sampai pada kalimat:
Ketika ‘Ikrimah baru sampai di pintu kediaman Rasulullah saw., baginda saw.
merasa gembira dan melompat bangun untuk mendekatinya dengan berdiri di atas
kaki beliau, karena sangat gembira dengan kedatangannya.
Diriwayatkan
oleh al Hakim dari Urwah bin az Zubair r.huma., bahwa ‘Ikrimah berkata:
Ketika aku baru saja sampai di hadapan Rasulullah saw., aku berkata
kepadanya, “Wahai Muhammad, sesungguhnya istriku telah memberitahuku bahwa
engkau telah memberi jaminan keamanan kepadaku.”
Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya engkau dalam keadaan aman.”
Aku pun
berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah yang Esa, tidak ada
sekutu bagi-NYA, dan engkau adalah hamba dan pesuruh-NYA. Engkau adalah
sebaik-baik manusia, sejujur-jujur manusia dan paling menepati janji di
kalangan mereka.”
Aku berkata
demikian itu kepada Rasulullah saw. sambil menundukkan kepalaku karena
merasa sangat malu kepada beliau.
Kemudian aku
berkata, ‘Wahai Rasulullah, mohonkan ampunan untukku atas setiap permusuhanku
terhadapmu dan atas setiap pasukan berkuda yang aku kerahkan untuk memenangkan
kemusyrikan.”
Maka
Rasulullah saw. berdo’a, “Ya Allah, ampunilah ‘Ikrimah atas setiap
permusuhannya terhadapku dan setiap pasukan berkuda yang telah dikerahkannya
dalam usaha menghalangi dari jalan-MU.”
Aku berkata,
“Wahai Rasulullah, perintahkanlah aku dengan satu kebaikan yang engkau
ketahui.”
Lalu beliau
mengajarinya. Sabda Rasulullah saw., “Ucapkanlah olehmu: Aku bersaksi
bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan
pesuruh-NYA; dan engkau berjuang di jalan-NYA.”
Kemudian aku
berkata, “Demi Allah, ketahuilah wahai Rasulullah! Aku tidak akan membiarkan
satu belanja pun yang pernah kukeluarkan dalam rangka menghalangi dari jalan
Allah, melainkan pasti akan kuinfakkan dua kali lipatnya di jalan Allah. Dan
tidak pula kubiarkan satu perang pun dalam rangka menghalangi dari jalan Allah,
melainkan aku akan bersungguh-sungguh dua kali lipatnya di jalan Allah.”
Kemudian
‘Ikrimah berjuang dalam peperangan sehingga mati syahid dalam perang Ajnadain1
pada zaman kekhalifahan Abu Bakar r.a.. sesungguhnya Rasulullah saw.
pernah mengangkat ‘Ikrimah sebagai pemungut zakat dari Bani Hawazain, ketika
Rasulullah saw. mengerjakan haji. Ketika Rasulullah saw. wafat,
‘Ikrimah sedang berada di Tabalah2
Ath Thabarani
juga meriwayatkan dari Urwah r.a. mengenai kisah ke-Islamannya secara
ringkas, sebagaimana tercantum dalam al Majma’ (juz 6 hal. 174).
_________________________________________________________________________
1 Ajnadain adalah suatu tempat di Syam
dari arah Palestina, yang terletak antara ar Ramlah dan Jibrain. Di situ pernah
terjadi perang yang terkenal antara orang Islam dan orang Romawi. Dikatakan
oleh Ibnu Ishaq dan az Zubair bin Bakkar bahwa ‘Ikrimah telah terbunuh dalam
perang Yarmuk pada masa kekhalifahan Umar. (Al Ishabah (2/489) kata Ibnu Hajar,
“Jumhur ulama berpendapat bahwa ia telah terbunuh di Ajnadain.” Al Waqidi
mengatakan bahwa tidak ada perselisihan di antara sahabat-sahabatnya dalam
perkara ini.
2 Tabalah adalah sebuah kota yang terkenal di
Yaman.
Dikutip dari
Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 1, Penerbit Pustaka Ramadhan