Pages

Sabtu, 04 Mei 2013

Nabi saw. Memberikan Kabar Gembira Dengan Jannah Kepada Orang Yang Meninggal Dunia Yang Tidak Menyekutukan Allah Dengan Sesuatu Pun


Bukhari dan Muslim mengeluarkan hadits dari Abu Dzar r.a. katanya: Pada suatu malam aku keluar, ketika itu Rasulullah saw. sedang berjalan sendirian dan tidak ada seorang pun yang bersamanya. Aku berkata dalam hati, “Nampaknya beliau sedang tidak suka ditemani.”

Aku pun berjalan di bawah perlindungan bulan, lalu beliau saw. menoleh ke arahku seraya beerrtanya, “Siapakah itu?”

Aku menjawab, “Abu Dzar! Semoga Allah menjadikan saya sebagai tebusan.”

Nabi saw. berkata, “Wahai Abu Dzar..! ke sinilah..!”

Lalu aku berjalan bersamanya sesaat, Nabi saw. berkata, “Sesungguhnya orang yang mempunyai harta, mereka adalah orang yang tidak mempunyai pahala pada hari kiamat kecuali seseorang yang Allah beri kepadanya kebaikan, lalu dia memberikan harta itu dengan tangan kanan dan kirinya dan diantara kedua tangannya dan belakangnya serta beramal kebaikan dengannya.”

Aku pun berjalan bersama beliau sebentar, lalu beliau berkata kepadaku, “Duduklah di tempat ini.”

Maka  aku pun duduk di sebuah tempat yang luas yang sekelilingnya ada bebatuan, lalu beliau berkata lagi, “Tetaplah di sini sehingga aku kembali kepadamu.”

Kemudian beliau saw. pergi ke dalam tempat yang banyak batu hitam, sehingga aku tidak melihatnya lagi, aku pun duduk sangat lama, kemudian aku mendengar beliau berkata, “Walaupun orang berzina dan mencuri.”

Ketika beliau datang aku sudah tidak sabar lagi, lalu aku berkata, “Wahai Nabi Allah..! Semoga Allah menjadikan saya sebagai tebusan, siapa yang berbicara di balik batu tadi? Saya tidak melihat seorang pun yang kembali kepada tuan dengan sesuatu.”

Nabi saw. berkata, “Dia adalah Jibril a.s. yang menawarkan kepadaku di balik batu itu, lalu dia berkata, ‘Berikanlah kabar gembira kepada umatmu, barangsiapa yang mati tidak menyekutukan Allah dengan sedikit pun maka dia akan masuk Jannah,’ lalu aku berkata, ‘Wahai Jibril..! Walaupun dia berzina dan mencuri?’ Jibril a.s. menjawab, ‘Betul.’”

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah! Walaupun berzina dan mencuri?”

Nabi saw. menjawab, “Benar.”

Aku bertanya lagi, “Walaupun berzina dan mencuri?”

Nabi saw. menjawab, “Benar, walaupun meminum khamr.”

Sebagaimana diterangkan didalam kitab Jami’ul Fawaid juz 1 hal. 7. Perawi berkata, “Dan keduanya telah menambahi beserta Imam Tirmidzi di dalam yang lain dengan semisalnya, di dalam ucapan yang keempat, “Agak memaksa Abu Dzar r.a.

Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 3 hal. 3-4, Penerbit Pustaka Ramadhan

Kamis, 02 Mei 2013

Pertanyaan Rasulallah saw. Mengenai Akar Agama Islam Yang Paling Kokoh dan Jawaban Beliau


Dikeluarkan oleh Ahmad dari al Bara bin Azib r.huma., katanya: Kami duduk bersama-sama dengan Rasulullah saw.. Baginda bertanya, “Apa akar agama Islam yang paling kokoh?”

Para sahabat menjawab, “Shalat.”

Rasulullah saw. bersabda, “Kebaikan apa yang menyertainya?”

Para sahabat menjawab, “Shaum pada bulan Ramadhan.”

Sabda Rasulullah saw. lagi, “satu kebaikan apa lagi yang menyertainya?”

Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya akar yang paling kokoh dalam agama Islam adalah kamu mencintai (seseorang) karena Allah dan membencinya karena Allah juga.”

Juga dikeluarkan oleh Ahmad dari Abu Dzar r.a.: Rasulullah saw. keluar menemui kami dan bersabda, “Apakah kamu mengetahui, amalan apakah yang paling dicintai Allah?”

Seorang sahabat menjawab, “Shalat dan Zakat.”

Sahabat yang lain menjawab, “Jihad.”

Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling dicintai Allah adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (Majmaul Zawaid)
Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 2 hal. 565-566, Penerbit Pustaka Ramadhan

Rabu, 01 Mei 2013

Kisah Seorang Lelaki Anshar


Dikeluarkan oleh Muslim dan yang lainnya dari Abu Hurairah r.a. katanya: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah saw. dan berkata, “Aku benar-benar dalam kesusahan.”

Rasulullah saw. pun mengirim seseorang pergi menemui beberapa orang istrinya, salah seorang dari mereka berkata, “Demi Dia yang mengutusmu dengan agama yang hak, aku tidak mempunyai apa-apa kecuali air.”

Kemudian utusan itu pergi kepada istri yang lain, ia juga menjawab sebagaimana istri yang pertama sehingga semua istri berkata dengan kata-kata yang sama, “Demi Dia yang mengutuskanmu dengan agama yang hak, aku tidak mempunyai apa-apa selain air dingin.”

Rasulullah saw. pun bersabda, “Siapakah yang akan menerima lelaki ini sebagai tamu , Allah akan merahmatinya.”

Maka seorang lelaki Anshar bangun sambil berkata, “Aku ya Rasulullah!”

Lelaki itu pun membawa tamunya ke rumahnya dan berkata kepada istrinya, “Adakah kamu mempunyai sesuatu untuk dimakan?”

Istrinya menjawab, “Tidak, kecuali makanan untuk anak kecil kita.”

Lelaki itu berkata kepada istrinya, “Cobalah layani mereka dengan sesuatu yang dapat menarik perhatian mereka dari makanan, kemudian tidurkanlah. Apabila tamu kita masuk, padamkanlah lampu dan kita berpura-pura makan.”

Di dalam riwayat lain, “Ketika mereka hampir makan, bangunlah kamu berpura-pura membetulkan lampu lalu memadamkannya.”

Perawi mengatakan bahwa mereka pun duduk menghadapi hidangan itu , tamu-tamu itu makan sedangkan kedua suami istri itu menghabiskan waktu malam dengan kelaparan.

Keesokkan harinya, mereka pergi menemui Rasulullah saw. lalu baginda saw. bersabda kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah kagum dengan perbuatanmu berdua kepada tamu-tamu kamu semalam.”

Dalam riwayat lain terdapat tambahan: “Maka turunlah ayat berikut:


...وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْكَانَ بِهِمْ خَصَا صَةٌۗ...

"…dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)…” (Q.s. al Hasyr: 9)

Sebagaimana dalam at Targhib. Dikeluarkan juga oleh al Bukhari dan An Nasa’i. Di dalam riwayat Muslim dikatakan nama lelaki yang bertamu itu adalah Abu Thalhah r.a., sebagaimana juga dalam tafsir Ibnu Katsir. Di dalam riwayat ath Thabrani, lelaki itu adalah bernama Abu Hurairah r.a. sebagaimana dalam Fathul Bari.
Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 2 hal. 159-160, Penerbit Pustaka Ramadhan