Pages

Minggu, 09 Agustus 2020

Kisah Islamnya Shuhaib Radhiallahu 'anhu

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Shuhaib r.a. memeluk Islam bersamaan dengan Ammar r.a.. Pada masa itu, Nabi sering berada di tempat Arqam. Kedua orang ini menemui Nabi secara bergantian. Kebetulan mereka bertemu di pintu rumah Arqam. Keduanya saling mengetahui maksud kedatangan masing-masing , yaitu untuk memeluk Islam, dan berusaha mengambil manfaat dari kehidupan Nabi .

Shuhaib r.a. pun memeluk Islam. Setelah keislamannya, penderitaan yang dialami oleh kaum muslimin yang masih sedikit dan lemah juga ia alami. Ia dihina, disiksa, dan banyak mengalami penderitaan sehingga ia berniat untuk berhijrah. Namun, kaum kafir Quraish sangat tidak rela jika ia hijrah dan hidup tenteram. Jika orang-orang kafir itu mendengar ada orang yang akan berhijrah, mereka berusaha menangkapnya agar tidak dapat lolos dari gangguan mereka. Shuhaib r.a. pun dikejar oleh orang-orang kafir Quraisy dengan mengirim serombongan orang untuk menangkapnya. Dan Shuhaib r.a. membawa panah bersamanya. Ia berkata kepada kaum kafir Quraisy, “Dengarkanlah, kalian tahu bahwa aku adalah pemanah yang paling mahir di antara kalian. Selama masih tersisa anak panah padaku, kalian tidak dapat mendekatiku dan menangkapku. Jika panah-panah ini habis, akan ku gunakan pedangku untuk melawan kalian. Dan pedang ini selalu berada di tanganku sehingga kalian tidak dapat berbuat apa pun. Jika kalian mau, kalian akan kuberitahu tempat hartaku di Makkah, dan kalian boleh mengambil kedua budak perempuanku sebagai ganti jiwaku.” Kaum kuffar menyetujui usul tersebut sehingga diserahkanlah seluruh kekayaannya kepada mereka. Dan terhadap kejadian ini, maka turunlah ayat Al-Qur’an:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ وَاللهُ رَءُوْفٌ بِالْعِبَادِ

Dan di antara manusia ada yang menjual dirinya demi mencari ridha Allah. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (Q.s. Al-Baqarah: 207).

Ketika itu, Nabi sedang berada di Quba. Ketika melihat kedatangan Shuhaib r.a., beliau bersabda, “Perniagaan yang sangat menguntungkan wahai Shuhaib.” Shuhaib r.a. bercerita, “Suatu ketika, Rasulullah sedang memakan kurma, dan saya menyertai beliau makan. Ketika itu salah satu mata saya sedang sakit, lalu Nabi bersabda “Hai Shuhaib, matamu sakit, tetapi kamu masih memakan kurma?” Jawab saya, “Ya Rasulullah, saya makan dengan sebelah mata saya yang sehat ini.” Rasulullah tertawa mendengar jawaban saya.”

Shuhaib r.a. adalah orang yang suka berkorban di jalan Allah sehingga Umar r.a. pernah berkata, “Engkau telah berlebih-lebihan, wahai Shuhaib!” Jawab Shuhaib, “Saya tidak mengunakannya untuk hal yang sia-sia.” Ketika Umar r.a. hampir mendekati ajalnya, ia berwasiat agar Shuhaiblah yang mengimami shalat jenazahnya. (Usudul-Ghabah)

Dikutip dari Kitab Himpunan Fadhilah Amal Cetakan 1 hal. 429-430, Penerbit Ash-Shaff, 2006

Rabu, 21 Mei 2014

Rasa Syukurnya Rasulullah saw.



 بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Abdurrahman bin Auf r.a., katanya: Suatu ketika Rasulullah saw. keluar dari rumah kemudian naik ke loteng. Begitu berada di loteng beliau langsung sujud dan tetap bersujud dalam waktu yang sangat lama, sehingga aku mengira beliau telah wafat dalam keadaan seperti itu.

Aku pun naik menyusul beliau, dan kemudian Rasulullah saw. mengangkat kepala dan bertanya siapa yang naik. Aku menjawab bahwa aku yang naik.

Rasulullah saw. betanya, “Ada keperluan apa?”

Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, engkau telah melakukan sujud begitu lama sehingga saya khawatir kalau-kalau engkau telah wafat.”

Rasulullah saw. bersabda, “Jiblil telah datang kepadaku dan membawa kabar gembira, Allah swt. berfirman bahwa siapa saja yang mengirim salawat kepadaku, maka Allah akan memberikan rahmat-Nya, dan bagi siapa saja yang mengirim salam kepadaku, maka Allah akan mengaruniakan kedamaian kepadanya. Atas karunia inilah aku bersyukur kepada Allah dengan melakukan sujud.”

Dari Mu’adz bin Jabal r.a.: Aku menjumpai Rasulullah saw. dan mendapati beliau sedang berdiri dalam shalat. Beliau tetap dalam posisi berdiri hingga pagi. Kemudian beliau sujud dalam waktu yang sangat lama. Maka aku mengira, barangkali Rasulullah saw. telah wafat.

Ketika beliau selesai shalat, beliau bertanya kepadaku, apakah aku tahu mengapa beliau melakukan sujud demikian panjang.

Maka aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”

Rasulullah saw. mengulangi kata-kata ini tiga atau empat kali kemudian bersabda, “Aku telah mendirikan shalat sebagaimana yang Allah kehendaki, kemudian Allah berkata kepadaku, ‘Apa yang harus Aku lakukan untuk umatmu?’ Aku berkata kepada Allah, ‘Engkau yang lebih mengetahui.’ Allah mengatakan hal ini kepadaku tiga atau empat kali, kemudian Allah memberitahuku bahwa Dia tidak akan membuatku bersedih karena umatku. Maka karena inilah aku menyatakan syukur kepada-Nya dan Dia berhak menerima syukur dan mencintai mereka yang bersyukur.”

Dari Abdurrahman bin Abu Bakar r.a. katanya: Aku datang menjumpai Rasulullah saw. dan ketika itu wahyu sedang turun kepada beliau.

Ketika wahyu itu selesai diturunkan, Rasulullah saw. berkata, “Wahai Aisyah, berikan kepadaku kain selimut.”

Kemudian beliau keluar dan memasuki masjid dan kebetulan ada beberapa orang lelaki di sana. Maka beliau duduk di antara mereka dan berbicara dengan mereka. Setelah pembicaraan selesai, beliau membaca Surat as Sajdah kemudian sujud. Beliau sujud sangat lama sehingga cukup melakukan perjalanan dua mil.

Mendengar berita ini orang-orang berdatangan ke masjid sehingga masjid penuh sesak. Aisyah r.ha. menyuruh seseorang pergi memberi tahu ayahnya bahwa dia telah melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya dan meminta ayahnya datang.

Kemudian Rasulullah saw. mengangkat kepala, lalu Abu Bakar r.a. bertanya kepada beliau, “Mengapa engkau bersujud begitu lama, Ya Rasulullah?”

Rasulullah saw. berkata, “Allah telah memberi tahuku bahwa Dia akan mengizinkan 70.000 umatku memasuki Jannah tanpa hisab. Oleh sebab itulah aku melakukan sujud sebagai tanda syukur.”

Abu Bakar r.a. berkata, “Wahai Rasulullah, umatmu jauh lebih besar jumlahnya dari angka itu. Engkau seharusnya meminta lebih banyak lagi.”

Rasulullah saw. mengulangi lagi kata-kata 70.000, dua atau tiga kali. Kemudian Umar r.a. berkata, “Wahai Rasulullah, semoga orang tua saya dikorbankan untukmu, engkau telah mendapatkan perkara ini untuk umatmu.”

Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a., katanya: Ada seorang lelaki pincang lewat depan Rasulullah saw. kemudian beliau turun dari kendaraan beliau dan mengerjakan sujud sebagai tanda bersyukur. Lalu Abu Bakar r.a. melewati beliau, kemudian beliau pun turun lagi dari kendaraannya dan sujud lagi. Kemudian Umar r.a. melewati beliau dan beliau pun turun dari kendaraan dan sujud syukur lagi.

Dari Ali r.a., meriwayatkan: suatu ketika Rasulullah saw. mengirim beberapa anggota keluarga beliau dalam suatu peperangan dan berdo’a dengan kata-kata berikut ini: “Ya Allah, jika Engkau selamatkkan orang-orang ini, saya akan bersyukur kepada-Mu sebanyak yang pantas bagi-Mu.”
Setelah beberapa hari orang-orang itu kembali dalam keadaan selamat maka Rasulullah saw. berkata, “Segala puji bagi Allah atas seluruh karunia-Nya.”

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, engkau telah berkata bahwa jika Allah menyelamatkan orang-orang ini, engkau akan bersyukur kepada Allah sebanyak yag pantas.”

Rasulullah saw. bersabda, “Tidakkah aku telah mengucapkan syukur kepada-Nya?”

Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 2 hal. 649-651, Penerbit Pustaka Ramadhan

Kamis, 15 Mei 2014

Kisah Keislaman ‘Ikrimah bin Abu Jahal r.a.



 بسم الله الرحمن الرحيم

Diriwayatkan oleh al Waqidi dan Ibnu Asakir, dari Abdullah bin az Zubair r.huma., katanya: Pada hari penaklukan Makkah, Ummu Hakim binti al Harits bin Hisyam, istri ‘Ikrimah bin Abu Jahal telah memeluk Islam. Kemudian Ummu Hakim berkata kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, ‘Ikrimah telah melarikan diri darimu ke Yaman. Dia takut engkau akan membunuhnya, maka berilah jaminan keamanan kepadanya.”

Maka Rasulullah saw. bersabda, “Ia aman.”

Maka Ummu Hakim pun berangkat mencari ‘Ikrimah disertai hamba lelakinya yang bangsa Rumawi. Hambanya itu mencoba mencabuli kehormatan Ummu Hakim dan keadaannya sendiri memang membuat hamba itu menginginkannya. Sesampainya mereka di salah satu baki Akk, Ummu Hakim meminta tolong mereka agar mencegah perilaku hambanya itu. Lalu mereka menangkap hamba itu dan mengikatnya.

Sementara itu ‘Ikrimah telah sampai ke kawasan pesisir di Tihamah, lalu ia menaiki kapal. Namun si nahkoda kapal terus berkata, “Sucikanlah dirimu.”

‘Ikrimah bertanya, “Apa yang harus aku ucapkan (untuk menyucikan diriku)?”

Jawab pemilik sampan itu, “Ucapkanlah laa ilaaha illallaah.

Kata ‘Ikrimah, “Tidak ada yang menyebabkan aku melarikan diri melainkan dari kalimat ini (kalimat syahadat).”

Dalam keadaan demikian, datanglah Ummu Hakim melambai-lambaikan ujung bajunya kepada ‘Ikrimah, seraya berkata, “Wahai putera paman! Aku telah datang kepadamu dari sisi orang yang paling banyak menyambung silaturahmi, sebaik-baik manusia, dan semulia-mulia manusia (Muhammad saw.). Janganlah kau binasakan dirimu sendiri.”

Maka ‘Ikrimah berhenti sehingga Ummu Hakim dapat mendekatinya dan berkata, “Sesungguhnya aku telah meminta jaminan keselamatan untukmu dari Rasulullah saw..”

‘Ikrimah bertanya, “Engkau telah melakukannya?”

Jawab Ummu Hakim, “Ya, aku telah berbicara dengan Rasulullah saw. dan memohon agar engkau diberi jaminan keselamatan, lalu beliau memberi jaminan itu untukmu.”

Maka ‘Ikrimah pun pulang bersama Ummu Hakim, istrinya. Dalam perjalanan Ummu Hakim berkata kepadanya, “Aku telah diganggu oleh hamba laki-laki Rumawi milikmu itu!”

Ummu Hakim lalu menceritakan pengalamannya itu. Maka ‘Ikrimah kemudian membunuh hamba sahaya itu, sedangkan ketika itu ‘Ikrimah belum memeluk Islam.

Ketika keduanya semakin dekat ke Makkah, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya, “Ikrimah bin Abu Jahal akan datang  kepada kalian sebagai orang yang beriman dan berhijrah, maka jangan mencaci bapaknya karena sesungguhnya cacian terhadap mayat menyakiti orang yang masih hidup dan cacian itu sama sekali tidak sampai kepada si mati.”

‘Ikrimah ingin menggauli istrinya, Ummu Hakim yang telah memeluk Islam, tetapi istrinya menolak keinginannya itu. Istrinya berkata, “Sesungguhnya engkau masih kafir, sedangkan aku adalah muslimah.”

Kata ‘Ikrimah, “Sesungguhnya perkara (agama) yang menghalangimu untuk kusetubuhi itu sangatlah besar.”

Ketika Rasulullah saw. melihat kedatangan ‘Ikrimah, beliau segera melompat ke arahnya dan saat itu tidak ada pada pundak nabi sehelai kain selembar pun (yang biasanya diletakkan di atas bahunya), karena kegembiaraan yang amat sangat dengan kedatangan ‘Ikrimah. Kemudian Rasulullah saw. duduk dan ‘Ikrimah berdiri di hadapannya disertai istrinya yang menutup mukanya dengan jilbab.

‘Ikrimah r.a. berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya istriku telah memberitahuku bahwa engkau telah memberikan jaminan keselamatan untukku.”

Jawab Rasulullah saw., “Benarlah apa yang dikatakan istrimu itu, sesungguhnya sekarang engkau dalam keadaan aman.”

Kata ‘Ikrimah lagi. “Kepada apakah engkau menyeru, wahai Muhammad?”

Jawab Rasulullah saw., “Aku menyeru engkau untuk bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku adalah pesuruh Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan engkau melakukan ini dan itu…” Rasulullah saw. menyebutkan satu persatu pokok-pokok agama Islam.

Maka ‘Ikrimah pun berkata, “Demi Allah, apa yang engkau seru adalah kebaikan dan kepada urusan yang indah lagi baik sekali. Demi Allah, sesungguhnya sebelum engkau menyeru kepada kami apa yang engkau serukan (agama Islam), adalah orang yang paling terpercaya penuturannya dan orang yang paling baik di antara kita.”

Kesaksian ‘Ikrimah itu sangat menyenangkan hati Rasulullah saw., kemudian ‘Ikrimah berkata, Ya Rasulullah, ajarilah aku suatu kebaikan yang patut aku ucapkan.”

Rasulullah saw. bersabda, “Katakanlah olehmu: Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan pesuruh-Nya.”

‘Ikrimah pun berkata, “Kemudian apa lagi?”

Sabda Rasulullah saw., “Katakanlah, aku mengambil Allah sebagai saksi dan aku bersaksi di hadapan orang-orang yang hadir, bahwa aku adalah seorang Islam yang berjihad dan berhijrah.”

Maka ‘Ikrimah pun berkata sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw. itu.

Rasulullah saw. bersabda kepada ‘Ikrimah, “Tidaklah engkau meminta sesuatu yang sanggup aku berikan kepada seseorang, melainkan pasti aku berikan kepadamu.”

‘Ikrimah berkata, “Sesungguhnya aku meminta engkau agar memohonkan ampun bagiku atas setiap permusuhanku terhadapmu, atas setiap perjalanan yang kupacu untaku dengan kencang untuk memusuhimu atau di mana pun aku menemui untuk menyakitimu, juga atas setiap ucapan yang aku keluarkan dari mulutku di hadapanmu atau pun di belakangmu.”

Karena itu Rasulullah saw. berdo’a, “Ya Allah, ampunilah ia atas setiap permusuhan yang ia lakukan terhadapku, dansetiap perjalanan yang ia lakukan menuju satu tempat yang dengan perjalanan itu ia ingin memadamkan cahaya-Mu. Ampunilah celaannya terhadap kehormatanku, baik di hadapanku maupun di saat aku tidak ada.”

‘Ikrimah berkata, “Aku telah ridha, wahai Rasulullah,” kemudian ‘Ikrimah melanjutkan, “Demi Allah, wahai Rasulullah, aku akan mengorbankan hartaku di jalan Allah, dua kali lebih banyak dari apa yang telah aku korbankan dalam usaha untuk menghalangimu di jalan Allah sebelum ini. Begitu pula aku akan berperang di jalan Allah dua kali lebih banyak dari peperangan yang telah aku lakukan dalam usaha untuk menghalangi di jalan Allah.”

Kemudian ‘Ikrimah pun terus berjihad di jalan Allah hingga ia mati syahid – dengan demikian, Rasulullah saw. mengembalikan Istrinya kepadanya dengan akad nikah yang pertama.

Al Waqidi meriwayatkan banyak hal dari rawinya.

Suhail bin Amr berkata pada saat perang Hunain, “Muhammad dan sahabatnya tidak akan bisa memperbaiki apa yang telah hilang dari mereka dan tidak akan pernah bisa mendapatkannya lagi.”

‘Ikrimah berkata kepadanya, “Ini bukanlah satu ucapan yang tepat. Dan sedikit pun urusan itu bukan menjadi hak Muhammad, Jika ia dikalahkan pada hari ini, maka besok, ia pun juga akan memiliki kesudahan sendiri.”

Suhail berkata, “Demi Allah! Sesungguhnya zaman di mana kamu menyelisihi Muhammad baru saja kamu tinggalkan.”

Kata ‘Ikrimah, “Hai Abu Yazid, demi Allah, sesungguhnya kita telah memacu kuda kita untuk tujuan yang sia-sia. Sedang akal kita adalah akal kita sendiri. Kita dulu selalu menyembah batu yang tidak dapat memberi manfaat maupun mudharat.”

Seperti yang dituliskan dalam Kanzul Ummal (7/75).

Diriwayatkan oleh al Hakim (3/24) dari Hadits Abdullah bin Zubair r.huma., tetapi ia telah meringkasnya sampai pada  kalimat: Ketika ‘Ikrimah baru sampai di pintu kediaman Rasulullah saw., baginda saw. merasa gembira dan melompat bangun untuk mendekatinya dengan berdiri di atas kaki beliau, karena sangat gembira dengan kedatangannya.

Diriwayatkan oleh al Hakim dari Urwah bin az Zubair r.huma., bahwa ‘Ikrimah berkata: Ketika aku baru saja sampai di hadapan Rasulullah saw., aku berkata kepadanya, “Wahai Muhammad, sesungguhnya istriku telah memberitahuku bahwa engkau telah memberi jaminan keamanan kepadaku.”

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya engkau dalam keadaan aman.”

Aku pun berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah yang Esa, tidak ada sekutu bagi-NYA, dan engkau adalah hamba dan pesuruh-NYA. Engkau adalah sebaik-baik manusia, sejujur-jujur manusia dan paling menepati janji di kalangan mereka.”

Aku berkata demikian itu kepada Rasulullah saw. sambil menundukkan kepalaku karena merasa sangat malu kepada beliau.

Kemudian aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, mohonkan ampunan untukku atas setiap permusuhanku terhadapmu dan atas setiap pasukan berkuda yang aku kerahkan untuk memenangkan kemusyrikan.”

Maka Rasulullah saw. berdo’a, “Ya Allah, ampunilah ‘Ikrimah atas setiap permusuhannya terhadapku dan setiap pasukan berkuda yang telah dikerahkannya dalam usaha menghalangi dari jalan-MU.”
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, perintahkanlah aku dengan satu kebaikan yang engkau ketahui.”

Lalu beliau mengajarinya. Sabda Rasulullah saw., “Ucapkanlah olehmu: Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan pesuruh-NYA; dan engkau berjuang di jalan-NYA.”

Kemudian aku berkata, “Demi Allah, ketahuilah wahai Rasulullah! Aku tidak akan membiarkan satu belanja pun yang pernah kukeluarkan dalam rangka menghalangi dari jalan Allah, melainkan pasti akan kuinfakkan dua kali lipatnya di jalan Allah. Dan tidak pula kubiarkan satu perang pun dalam rangka menghalangi dari jalan Allah, melainkan aku akan bersungguh-sungguh dua kali lipatnya di jalan Allah.”

Kemudian ‘Ikrimah berjuang dalam peperangan sehingga mati syahid dalam perang Ajnadain1 pada zaman kekhalifahan Abu Bakar r.a.. sesungguhnya Rasulullah saw. pernah mengangkat ‘Ikrimah sebagai pemungut zakat dari Bani Hawazain, ketika Rasulullah saw. mengerjakan haji. Ketika Rasulullah saw. wafat, ‘Ikrimah sedang berada di Tabalah2

Ath Thabarani juga meriwayatkan dari Urwah r.a. mengenai kisah ke-Islamannya secara ringkas, sebagaimana tercantum dalam al Majma’ (juz 6 hal. 174).
_________________________________________________________________________
1 Ajnadain adalah suatu tempat di Syam dari arah Palestina, yang terletak antara ar Ramlah dan Jibrain. Di situ pernah terjadi perang yang terkenal antara orang Islam dan orang Romawi. Dikatakan oleh Ibnu Ishaq dan az Zubair bin Bakkar bahwa ‘Ikrimah telah terbunuh dalam perang Yarmuk pada masa kekhalifahan Umar. (Al Ishabah (2/489) kata Ibnu Hajar, “Jumhur ulama berpendapat bahwa ia telah terbunuh di Ajnadain.” Al Waqidi mengatakan bahwa tidak ada perselisihan di antara sahabat-sahabatnya dalam perkara ini.

2 Tabalah adalah sebuah kota yang terkenal di Yaman.
Dikutip dari Kitab Hayatush Shahabah Terjemahan Jilid 1, Penerbit Pustaka Ramadhan